Wednesday, October 10, 2018

RATUSAN TAHUN FALSAFAG CINA


RAMPOKLAH TETANGGAMU YANG SEDANG MENGALAMI KEBAKARAN


PARA POLITISI ada yang terkaget kaget mengetahui masyarakat komunitas China mampumempertahankan bahasa dan budaya China hingga ratusanbahkan ribu tahun. Karena ternyata falsafah yang sejatinya muncul ratusan tahun yang lalu ternyata masih diajarkan, diujarkan ataupun diucapkan. untuk diperdengarkan, diketagui, direspon untuk direnungkan, selanjutnya dilaksanakan atau diimplementasikan. Dan semua prtoses hingga mencapai pelaksanaan, dan tetu saja sebelumnya melalui proses pengetahuan dan pemahaman.

Komunitas masyarakat China mengajarkan falsafah kepada komunitasnya, bukan sekedar retorika, tetapi langsnung memasuki tahapam praktek,   dunia dagang yang mereka geluti itu sangat memungkinkan bagi mereka mempraktekkan falsafah yang mereka dapatkan dari para sesepuh mereka. Salah satu falsafah yang mereka terima adalah falsafah yang mengatakan "Rampoklah Tetanggamu Yang Sedang Kebakaran" Mungkin lgika yang digunakan adalah bahwa seseorang yang sedang mengalami kebakaran memang sangat membutuhkan bantuan orang lain, dan kedatangan siapapun yang menyambangiunya dipastikan dipahami sebagai rasa simpati dan menawarkan bantyuan. Sehingga sejatinya tak seorangpun disaat mengalami kebakaran di rumahnya patut dicurigai memiliki niat busuk atas kehadirannya.

Maka ketika saat itu adalkah merupakan situjasi yang paling mudah untuk mencuranginya. Tentu saja terjadi kebakaran dalam filsafah itu juga harus dipahami sebagai sesutu bukan kebakaran yang literleak. Intinya adalah situasi Ayang kalangkabut, sehingga tak sempat berfikir secara kritis. karena sedang mengalami kepanikan yang maha dahsyat. Nah situasi demikian itu yang paling mudah bila seorang rampok akan memanfaatkannya.Falsafah yang satu ini terselip di 36 Falsafah Cina dan falsafah yang satu ini tercantum sebagai falsafah Tiongkok yang kelima.

Pemahaman falsafah tersebut membuat Tiongkok China tercatat sebagai negara yang memiliki potensi sebagai Negara Ekspansi, Negara yang memiliki naluri ingin menguasai Nagara lain. Barangkali Sejarah Negeri Tibet yang semula dimanjakan oleh China, yang tampa hitungan untuk membantu Tibet sepenuhnya, belakangan Tibet dikuasai China, tentu dengan proses panjang, karena harus dibuat sedemikian rupa Tibet memang harus dibuat kalang kabut sedemikian rupa, sebelum akhirnya Tibet di kuasai China sepenuhnya.

36  Falsafah China, nomor lima adalah satu diantaranya, falsafah kelima satu diantaranya, bukan merupakan kesimpulan darui keseluruhannya. Tetapi falsafah kelima itu mungkin termasuk yang paling mudah dipahami oleh pendidikan serendah apapun, semudah kita memahami kalimat bahwa orang yang sedang mengalami kebakaran sangat rentan tertipu. Dengan demikian untuk memahami falsafah ini, tidak perlu kalimat yang membutuhkan konsentrasi penuh.

Itulah mungkin sebabnya maka falsafah China yang satu ini bisa bertahan hingga ratusan tahun, falsafah ini dengan kalimat seadanyapun menjkadi enak disimak dan dibuktikan kebenarannya. falsafah ini juga disajikan dalam bentuk cerita panjang berseri, bisa berbentuk novel dan bisa pula dalam bentuk serial film, sehingga mudah difahami serta dilaksanakan. Tentu tak merasa berdosauntuk melakukannya. Dengan bukti pemilik hartapun berterima kasih berkali kali, serta mengikhlaskan harta yangdiambil perampok, karena manakala sang prampok tak beraksi, maka harta itu akan terbakar secara keseluruhannya. Di situlah mungkin maka falfah Tingkok ini menjadi menarik bagi pendukungnya.

Jelas tulisan ini bukan mengan jurkan agar kita berupaya untuk membuat rumah tetangga menjadi kebakaran, tetapi yang dimaksudkan dari tulisan ini adalah falsafah kita yang kita akan bermanfaat manakala kita perkenalkan untuk menjadi bahan renungan dan selanjutnya akan dilaksanakan manakala sisi baik dari falsafah dan kearifan lokal mampu ditangkap. Dengan adanya falsafah yang menarik dan berharga, maka pada saatnya bahasapun akan dipelajari orang, kini banyak orabg tertarik belajar bahasa China karena dalam bahasa China terdapat sesuatu yang dianggap berharga.  

Sunday, October 7, 2018

BAHASA LAMPUNG DIPERKIRAKAN AKAN HILANG, BAGAIMANA MENYIASATINYA.

BAHASA LAMPUNG dibutuhkan oleh masyarakat manakala ada sesuatu yang dirasakan perlu yang hanya bisa diketahuio dan difahami dengan memahami bahasa Lampung. Dari jumlah penutur bahasa Lampung yang semakin hari semakin sedikit maka wajar bila sangat dikhawarirkan tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama kita akan menyaksikan bahasa Lampung yang merupakan kekayaan dan kebanggaan bangsa akan hilang menyusul sejumlah bahasa daerah di Indonesia yang telah hilang mendahulLuinya, Ada sejumlah bahasa daerah sekarang ini tak lagi digunakan orang bukan berarti pemilik bahasa itu telah musnah, tetapi mungkin tak ada sesuatu yang dicari dan dibutuhkan atau lebih dipahami agar dapat dimanfaatkan atau dsikembangkan dengan memahami bahasa Lampung.

Oleh karenanya maka sesuatu itu harus kita gali, yang kita gali adalah pemikirannya, pemikiran yang mendalam, pemikiran yang selama ini mempengaruhi sikap hidup orang Lampung yang selama ini menghantar orang Lampung untuk tetap eksisi hingga saat ini. Saat ini orang Lampung eksis setelah melalui tahapan interaksi dengan komunitas lain dan dalam interaksi itu masyarakat mengenalnya sebagai masyarakat Lampung, yang artinya orang Lampung eksis di mata masyuarakat dan komunitas lain.

Dalam interaksi itu masyarakat Lampung memiliki kemampuan untuk mempertahankan eksistensinya dan dalam waktu yang bersamaan memiliki kemampuan memberikan tempat kepada eksistensi komunitas masyarakat lain di luar Lampung. Sehingga hingga saat ini kemampuanm itu, terlepas dari situasi naik turunnya maka dapat disimpulkan berjalan lancar, dan berbagai gejolak akibat ketidak cocokan dapat diatas dengan menanamkan dan mengembangkan sikap dan semangat kebersamaan. Kesanggupan keberlanjutan eksistensi masyarakat Lampung berserta bahasa dan budaya Lampung merupakan modal utama untuk membangun dan mempertahankan bahasa Lampung, sebagai keragaman dan kekayaan bahasa dan budaya Lampung, yang harus kita pertahankan bersama.

Gali Nilai Kelampungan.

Tugas kita semua utamanya aktivis kebudayaan, para intelektual pendukung budaya atau pelaku budaya Lampung adalah menggali nilai nilai budaya lampung itu sendiri. Untuk menggali nilai nilai pada kebudayaan Lampung. Nilai nilai inilah nantinya yang akan dikejar orang, terlebih manakala nilai itu baru akan dipahami orang dengan bahasa Lampung. Nilai nilai itu tentunya memang diketemukan dalam bahasa Lampung, hanya saja biasanya memnang membutuhkan berbagai penjelasan, karena kata kata dalam bahasa juga serung memiliki makna makna, ada yang secara kata dan ada pula secara istilah. Salah satu caranya harus dijelaskan secara falsafah.

sorry terputus ... insya Allah disambung lagi.

Thursday, May 17, 2018

MEWARISI SEMANGAT PIIL PESENGGIRI (4)

BERSAING TAMPA DENDAM, BERSELISIH TAMPA BENCI.
Setelah beberapa waktu kami berdua ngobrol Timur - Barat, Tiba Kakandaku Tarmizi yang anak nak dan kemenakanku semua memanggilnya dengan tutur Pak Batin,  suaranya  tersedak dan menangis ... kubiarkan Ia menangis mungkin ada lima puluh detik lamamya, baru nafasnya nampak semakin normal, dengan ragu kulanjutkan dengan mengalihkan pembicaraan, walaupun nantinya akan kembali kutanyakan. berharap  beliau tidak larut dalam kesedihan, dan mampu melanjutkan cerita dengan lebih lancar. ' Pada saat itu Usia Pak Batin telah mencapai 80 tahun, usia kami terpaut 16 tahun. Bagaimana kisahnya sehingga beliaumenjadi sedih dan bahkan menanghis. Tetaoi kesedihan itu tak dikembangkan nasehat  Ayahanda :" Bersaing Tampa Dendam, Berseleisih Tampa Benci" . 

Kebiasaan di keluargaku pada saat itu bila malam hari, dan semua sudah menuju ke peraduan, maka lampu besar dimatikan, karena lampu besar boros minyak, hanya lampu sentir kecil yang tetap dihidupkan, untuk mempertahankan sedikit sinar dikegelapan malam. Tetapi di malam itu Pak  Batin kecil  tak jua terpejam matanya. Malam semakin larut, hanya suara jeritan jangkrik yang ditingkahi suara katak di kolam belakang rumah. Sesekali terdengar juga sayup  lolongan panjang anjing dikejauhan.

Ditengah antara alunan suara binatang binatang malam itu samar terdengan ada isak tangis yang tertahan tahan. Tetapi suara tangisan halus itu tak juga terhenti, bahkan semakin lama semakin jelas dari mana  sumber suara, ternyata dari kamar Ibunda yang oleh para cucunya dipanggil Andung atau Among Kakanda merangkak dikegelapan rumah ....

Sinar rembulan menembus lubang lubang dinding geribik,  cukup memabntu Kakanda menuju sumber suara yang sangat menyedihkan itudi, dapati Ibunda menangis lirih tidur telungkup untuk menyembunyikan suara tangisnya, seolah khawatir Ayahanda yang tidur disebelahnya terganggu.

Memang tak ada sumpah serapah kata, dia hanya menangis sembari menyebut asma Ilahi. Kakanda tak tahu apa yang ditangiskan, tak terasa Kakanda ikut mengais, baru beberapa saat berani  bertanya "Mengapa Menangis Bunda ... " tanyanya sambil menahan isak.

Lama tak dijawab .... tangisnya tak kunjung reda.
" Aku teringat rumah kita yang dibakar orang  ... "  Kata Ibunda disela isaknya
Tangisanpun kembali jadi.
Bukankah rumah kita sudah jadi .... kata Kakanda ... tetapi tangisan Kanda justeru semakin keras menimpali.
Tangisan mereka berdua semakin jadi, memecah dikeheningan malam.
Ayah tetap tidur seperti tak sedang terjadi apa apa.
Setelah tangis keduanya reda. 
Tidur kamu sana .. ajak Bunda kepada Kakanda.

Kakanda teringat akan pristiwa pilu itu. Ini terjadi ketika kami dalam pengungsian ... Kata Kakanda bercerita.  Ketika kami  dalam pengungsian, di Gubuk Sawah di Belitar, sekitar tuju kilometer dari rumah kediaman. Posisi gubuk juga jauh dari rumah penduduk lainnya

Dengan segala kehati hatian seorang famili memberitahukan bahwa rumah di Pagelaran Kebakaran. Kesokan harinya Ayahanda memeriksa sumah yang ditinggalkan untukengungsi itu habis rata dengan tanah. Betapa hatinya hancur melihat rumah yang didirikannya dengan segala susah payah terbakar tak bersisa. Ibunda mengira rumah itu dibakar Belanda, itulah sebabnya Ayah nampak pasrah. Kita harus bikin rumah lagi ... kata ayah pendek.

Pagi sore ... siang dan malam Ibunda menangis keras terdengar oleh semua tetangga.
Tak lagi para tetangga saling bertanya, semua terdiam, ... diam dan diam.Mereka berpikir mengapa Belanda hanya membakar satui rumah.

Ayahanda tak berkomentar atas musibah itu. Seolah mengiyakan Rumah di Bakar Belanda.
Beliau mulai bekerja merambah hutan menebang kayu, dan bambu, berhari hari, berbulan bulan dan bahkan bertahun baru mampu mendirikan rumah sederhana, setelah dua kali musim kopi dan panen padi, baru rumah itu berdiri dalam wujud rumah. yang sangat sederhana bila dibanding lingkungannya.

Ayahanda tak sibuk membuat cerita, apatah lagi prasangka ..diam. . Tak sepatah katapun.  Dia hanya bekerja untuk mewujudkan rumah baru yang layak huni bagi keluarganya. sepertinya beliau memerintahkan kepada Bunda dan keluarga lainnya untuk melupakan rumah yang terbakar itu. Anggap saja dibakar Belanda.

Bukan tak ada orang yang mencoba  bertanya ... , bahkan bukan tak ada orang mencoba menganalisa pristiwa ... , bahkan bukan tak ada orang memberitahu ... , bukan pula tak ada orang yang siap bersaksi, bahwa rumah itu bukan dibakar Belanda. tetapi dibakar oleh seseorang Tetapi selalu dijawab Ayah dengan  diam. Ayah tak punya musuh ...! Tetapi mengapa diusili orang  ?. Diskusi merebak di luar sana, tetapi tidak dengan Ayah, Beliau tak ingin terlibat dengan diskusi itu..

Pernah suatu hari, dikala hati Ayahanda dan keluarga dengan hati berbunga bunga, karena lima hari lagi padi di sawah akan segera dipanen. Di saat mata hari tepat diatas kepala Ayahanda beristirahat untuk bersujud menghadap yang kuasa, menunaikan kewajiban sholat Dzuhur, sawahpun ditinggal.

Seusai sholat terdengar suara gaduh seseorang menjerit jerit  memanggil  namanya diuma Ayahanda dengan suara yang kacau dan tak jelas maksudnya. Ternyata dua ekor kerbau seperti menari berputar putar di sawah, bukan hanya diulam kerbau, tetapi pohon padi rubuh terinjak tampa perasaan, dan sebagian padi yang menguning rata itu sebagian terendam ke dalam air yang niatnya akan dikeringkan sori ini.

Dengan sigap ayahanda menangkap tali kerbau itu, dan menariknya pulang diserahkan kepada pemiliknya. Sambil menghimbau kepada pemiliknya agar kerbaunya diurus, karena merusak pohon padi yang sebentar lagi siap dipanen, dan karena sebagian terendam air maka padi terancam rusak. Tetapi alih alih pemilik kerbau menyesal dan meminta maaf. Justeru pemilik kerbau tersinggung dan berkata kasar dan keras ...

Ketika Ayahanda meninggalkan si orang itu ... si orang itu masih saja menunjukkan kemarahannya dengan berbagai sumpah serapah bahkan menjurus kepada ancaman. Ayahanda tak menceritakan hal ini kepada Ibunda, tetapi Ibunda justeru mengetahui apa yang diucapak si orang itu dari orang lain. Karena justeru orang itu yang mengumbar kata makin dan bahkan ancaman atau setidaknya kebencian  kepada ayahanda, sehingga rasa benci kepada Ayahanda itu menjadi rahasia umum, dan itu sampai juga ke Ibunda melalui orang lain.

Tentu saja rumah kami dibakar dan diissuekan dibakar Belanda, orang orang tak percaya, bagaimana mungkin Belanda membakar rumah yang cukup berjarak dari jalan raya dan harus melintasi rumah lain sebeluimnya, dan juga rumah dikanan kirinya masih utuh. Maka tudingan masyarakat Kampung serta sanak famili tak lain adalah si orang itu. Tapi Ayahanda kekeh tak ingin menggubris analisa orang. Baginya membangun kembali rumah yang terbakar itu jauh lebih penting.

Karena Ayahanda diam, kita tak paham mengapa dia segera melupakan rumahnya yang dibakar orang itu, apakah lantaran yang dihadapinya adalah pengusaha tingkat desa atau lurah ?. Ya .... si orang itu memang jabatannya lurah, ketika aku kecil nampaknya dia bukan lurah lagi, tetapi disebutnya Pak Dongkol, aku sendiri belum pernah berjunpa beliau. Yang aku ingat hanya rumahnya, rumah Pak Dongkol itu yang aku tahu, ada beberapaanaknya Laki laki dan Perempuan. Rumahnya besar, halamannya luas.

Lurah di manapun pada saat itu  yang kita tahu adalah raja raja kecil, mirip raja jawa, yang ucapannya adalah hukum 'Sabdo Pandito Ratu' Apakah karena itu maka Ayahanda tak mempersoalkan secera berkeadilan, jelas pada saat itu Ketatanegaraan belum tersusun seperti sekarang. Jangankan seorang lurah, dongkolpun sangat berwibawa. Biarkan, kalaupun benar dia yang membakar rumah itu maka maka biarkan Tuhan yang akan membalasnya.

Sejumlah pohon ditebang, untuk dijadikan kayu balok dan Kasau serta papan, puluhan pohon bambu ditebang untuk bahan pembuat dinding gribuk, kasau, reng dan lain sebagainya. Ternyata tak cukup setahun menyelesaikan rumah sederhana, apalagi ditengah kesibukan itu Ayahanda sempat jatuh sakit, dan pernah cukup menghawatirkan keluarga serta sanak famili. Cukup lama keluarga kami terpaksa menempati rumah yang tak layak huni. Rumah itu sendiri baru dituntaskan walaupum keadaan sederhana, dan bartu selesai dalam dua kali musim panenan.

Ayahanda tetap tak murka, tentang pembakaran rumah tak boleh jadi bara yang menghidupkan api keluarga, keluarga aman dan nyaman, sekalipun hidup dalam serba kekurangan sebagaimana masyarakat pada saat itu umumnya. tetapi terasa nyaman dan tenteram di bawah kepemimpinan Kepala keluarga yang tak gampang mengumbar kaata. 

Ketika hati keluarga terasa lapang, kini rumah tuntas sudah, masing masing anggota keluarga tidur di kamar masing masing secara nyaman. Di malam yang sepi hanya hanya suara jangkrik menjerit jerit, ditingkahi suara katak, sesekali lolongan anjing di kejauhan, memecah sunyi, terdengar rintihan tangis yang tertahan tahan ... suara tangisan itu adalah suara tangisan ibunda yang teringat betapa berat perjuangan ayahanda melindungi dan mendidik putra putrinya.

Sehari menjelang puasa Romadhon tahun ini, seorang laki laki tua, yang sejak tiga bulan yang lalu nampak bertubuh mulai membungkuk, berjalan dilangkah langkah kecil, sehingga sering tertinggal ketika jalan ke Masjid, semula bisa ditempuh hanya dalam waktyu lima menit, kini membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit. Lelaki itu adalah Pak Batin, ... semula saya terperanjat karena beliau tiba tiba menangis, mengapa ....? ternyata beliau teringat Ibunda yang pernah menangis di tengah malam buta, beliau sebenarnya bersyukur dengan telah selesainya rumah yang susah payah dibangun oleh Ayahanda.

Tetapi dalam waktu yang bersamaan beliau teringat dengan rumah yang dibakar oleh seorang yang sedang berkuasa, Ya .... ! Rumah yang dibakar oleh Mbah dongkol, tak jauh dari rumah kami. Masih terhitung tetangga. Tetapi Ia sedang berkuasa pada saat itu.
Ring ....  suara HP, diujubg sana Bambang meneleponku. Tadi Pak Cik menelpn saya ... Tanya Bambang.  Telepon itu juga yang ikut menghentikan tangisan Pak batin disaat itu.

                                      ####

Sebagai anak keturunan Mad Dani,maka laksanakanlah pesan Ayahanda, Kakek Kalian agar memaksakan diri untuk bersaing Tampa Dendan, dan kalaupun terpaksa berselisih, maka hindarilah rasa benci. Saidina Ali sahabat Rasul dahulu pernah berselisih dengan seorang Yahudi, Dahulu Saidina Ali pada saat Beliau menduduki jabatan Khalifah, pernah kehilangan baju perang, belakangan ketahuan bahwa baju itu ada di tangan seorang Yahudi, sehingga persidangan tak terhindarkan. 
Saidina Ali tahu betul baju perang itu miliknya, karena ada cacat akibat sabetan pedang, itu yang disampaikannya ketika hakim meminta beliau menguraikan bukti bukti kepemilikannya. Tetapi bukti itu dibantah oleh orang Yahudi itu, dia mengatakan bahwa bisa saja baju perang lainpun akan memiliki cacat yang sama setelah baju dipakai perang, hakim memenangkan si Orang Yahudi itu dan baju menjadi milik syah orang Yahudi itu. 
Dijalan pulang dari sidang Orang Yahudi itu mengaku bahwa benar dia telah mencuri baju itu dan sesungguhnya baju itu milik Saidina Ali. 
Walaupun baju itu benar milikku, tetapi dalam fakta sidang baju itu milik anda ...  
Jadi bagaimana dengan baju ini ... tanya si orang Yahudi.
Ya menjadi syah milik anda ... kata saidina Ali
Itu ketetapan sidang, kata Saina Ali menambahkan.

jadi  anda tak perlu penasaran dan tak perlu marah ...
Kalau memeng siorang itu yang membakar rumah kakek kalian, masalahnya dianggap selesai. Dalam situasi negara menghadapi Upaya Belanda untuk kembali menguasai Indonesia, tak mungkin diselenggarakan persidangan. Kalaupun dipaksakan sidang, maka persidangan awal justeru diselenggarakan oleh si orang itu sebagai penguasa di tingkat desa.

Kami kakak beradik di bawah asuhan Ibunda tetap bergaul dengan anak keturunan Mbah Dongkol hingga kami tak tahu mereka pada pindah ke mana.
Biarkan Allah yang membalasnya ...
Sepengatahuan kami anak anaknya sebagai anak orang kaya dan penguasa pada saat itu.
Mereka tak bersinar, tak ada cahaya dikeluarga itu sepeninggalan Mbah dongkol. .                 
.

Wednesday, April 18, 2018

MEWARISI SEMANGAT PIIL PESENGGIRI (3)

HIDUP ITU PERJUANGAN

Sebagai seseorang yang sempat dididik di lingkungan pesantren, maka berarti sejulah literasi telah disajikan dengan sistem belajar ala Pesantren. Ciri pesantren itu antara lain adalah literaturnya, litetur di Pesantren itu ditulis disekitar abad ke 13. terutama setelah al-Quran selesai dibukukan, dan menyusul kemudian al-Haditspun dibukukan juga. Ditambah lagi catatan tarikh Islam dan dalam waktu bersamaan Kitab Akhlakpun terhimpun. Dengan serangkaian Kitab Kitab itu maka sudah menjadi modal besar bagi ummat untuk mendapatkan tuntunan untuk berbuat melakukan sesuatu dalam menapaki kehidupan ini. Dan dalam hidup Datuk Kita yang bernama M. Dani atau Muhammad Dani, atau Maddani. Nama Muhammad atau Mad itu adalah nama yang lazim diberikan oleh masyarakat sekitar Sekala Brak kepada Anak pertama atau anak tertua.laki lakik, nma lengkap datuk adalah Muhammad Dani Rajidin.

Tuesday, April 17, 2018

MEWARISI SEMANGAT PIIL PESENGGIRI (2)

HIDUP DENGAN HARAPAN.

Mengetahui latarbelakang pendidikan Ayahanda M Dani yang merupakan alumni atau setidaknya bertahun tahun nyantri di Padang maka saya menjadi sangat mafhum mengapa Beliau memilih Ibunda saya almarhumah Siti Aisyiah sebagai pendamping hidupnya. Dari penuturan Ibunda, yang kami biasa memanggilnya Emak dan Tamong panggilan cucunyha yang perempuan serta Ajjong bagi cucunya yang laki laki, tetapi setelah lahirnya Yusran yaitu putera pertama dari Kakanda Tarmizi, beliau dipanggil cucuinya dengan sebutan Andung, sebutan Andung itu sangat lazim digunakan di daerah kelahiran Ibunda, yaitu Kembahang, Andung juga lazim digunakan di daerah Liwa dan kerui, bahkan sampai Bengkulu.

Andung yang bernama Siti Aisyiah itu adalah puteri seorang da'i yang cukup kesohor, Ibunda sering ceritera akan kerinduannya terhadap sejumlah makanan yang memang langka, kata beliau setiap kali Datuk pulang dari Besurah di darah jauh, disebut besurah karena aktivitasnya banyak membacakan Surat Surat Al-Quran, beliau biasa membawa oleh oleh anekaragam makanan yang terbilang langka dan mewah. Cerita andung oleh olehnya antara lain, susu manis, leci, sardemcis, biskuit, aneka permen dan banyak lagi yang lain, ceritera beliau, itu bukan dapat beli, tetapi oleh oleh hadiah dari jama'ah yang dikunjungi.

Bila teringat hal tersebut di atas, saya bisa membayangkan kerinduan almuarhumah Andung akan kesenangan itu, saya meneteskan air mara karena itu diceriterakannya pada tahun tahun sulit, menjelang pecahnya pemberontakan G 30 S PKI. Zaman itu zaman sulit,kamimengalami paceklik, stok beras kami menipis, belum dapat menanam padi karena kemarau terliwat panjang, jualan beraspun tak ada dipasaran. Pada saat demikian susah itulah, ceritera itu dicetuskan bahkan sampai bebera kali ulangan. Bapa kamu ingin salah satu anaknya menjadi penceramah terkenal seperti datuk kamu Almarhum. Terus terang saya pada saat itu masih belum paham atas pesan itu berat itu. Tahun 1963 saya masih duduk di kelas 3 Sekolah Rakyat, sayamasih ingat guru saya di SR Pagelaran itu namanya  Djauhari.

Tidak terlalu saya hiraukan tentang Datuk dari Ibu yang sebagai pesurah, atau memiliki pekerjaan membacakan ayat ayat Al-Quran, dan harapan Bapak saya untuk menjadi seorang penceramah, tetapi janji Ibu saya untuk disekolahkan di Tanjungkarang, adalah sesuatu yang selalu saya nanti nantikan. Pada saat itu yang terbayang di otak saya, saya pintar berbahasa Indonesia, dan hapal lagu lagu anak anak dan lagu orang dewasa, karena beberapa kali saya menyaksikan anak Tanjungkarang yang pintar bicara dan pintar menyanyi. Itu saja. Sedang  saran untuk bisa beli sendiri beberapa makanan lezat dan mahal itu tak terlalu memepengaruhi pikiran saya pada saat itu.

Dengan kemampuan yang sangat terbatas,maka berangkatlah sekolah ke Tanjungkarang, atas dorongan seorang Andung, perempuan renta yang nyaris tak punya apa apa, melainkan secuil asa, secuil harapan dari seorang Andung yang juga tak banyak memiliki kemampuan untuk merumuskan sebuah pemikiran yang utuh. Sekali lagi hanya asa atau harapan, yang benar benar membara,dan pernah padam di hatinya.  Itulah sebabnya seseorang tak boleh merasa putus asa, atau putus harapan. Walaupun hanya sebuah asa yang kecil, harapan yang kecil yang tertanama di dada seorang tua, Tetapi dia punya doa yang tinggi dan besar, yang dibacanya pagia, siang sore dan malam.

Maka akhirnya selesai  juga sekolah ini, selesai juga S1 dan selesai juga S2. Hidup itu adalah karena kita masih memiliki harapan, tetkala harapan itu sirna, dan apalagi doapun terputus, maka sesungguhnya kita telah mati. Itu yang kudapat dari Andung. Harapan dan doa, lalu bekerja semampunya, tetapi tak pernah berhenti bekerja.

Friday, April 6, 2018

WARISI SEMANGAT PIIL PESENGGIRI


BERENANG SAMPAI SEBERANG.

Umur saya pada saat ini berdasarkan dokumen dan tercatat pada ijazah dan surat surat penting lainnya  telah berusia 64 tahun, karena saya tercatat lahir tahun 1954. Yang sebenarnya saya lahir tahun 1953. Artinya usia yang tidak muda lagi. Alhamdulillah syukur kami sebagai anak keturunan Ayahda M. Dani memiliki tradisio melaksanakan Halal Bihalal bersama, yang pada saat itu diharapkan akan berkumpul, mulai dari anak, cucu serta civit Ayahanda kami. Semoga saja mereka yang bertempat tinggal di lain pulau ada saat itu sedang berada di Lampung.

Kalaupun nanti ada kesempatan sedikit bercerita pada saat itu nanti saya berniat ingin sedikit membuka cerita, tentang apa yang telah diperjuangkan  Ayahanda Almarhum, dan bagaimana menindaklanjutinya, agar pahala almurhum bersama almarhumah Ibunda Aiisyiah masih tetap menjadi amal beliau dan menghantarkan beliau berdua menuju Syurga.

Pendidikan Pesantren.

Beliau dilahirkan di Pekon Awi Belalau, setelah mengikuti pendidikan yang ada di desa kelahirannya, beliau melanjutkan pendidikan dengan cara Nyantri di Padang, Ceritera lengkap yang dimulai dari pendidiikan beliau ini saya tulis ini hampir seluruhnya 98% adalah berdasarkan tuturan Ibunda yang saya simpan baik baik di ingatan saya, dan sebagian ingin saya tulis di naskah ini dan nanti akan diceritakan ulang pada pertemuan Halal Bihalal nanti. bila memungkinkan.

Di Pesantren manakah beliau nyantri  ibunda tidak menjelaskan secara rinci kecuali hanya disebutkan tempatnya di Padang. Walaupun sebenarnya masih bisa ditelusuri karena  orang Belalau. Liwa, Krui bahkan sampai ke Sukau mereka umumnya nyantri di Padang Sumatera Barat. Berangkatpun tidak sendiri tetapi bersama beberapa orang, atau setidaknya ada seseorang yang mereka ikuti, yang sebelumnya yang bersangkutan memang mencari cari siapa yang ingin nyantri di Padang. Hanya saja bila boleh menduga duga maka Pesantren pal;ing terkenal pada saat itu adalah Pesantren Tawalib.

Ada suatu cerita yang agak khas bagi beliau ketika nyantri di Padang,  adalah beliau  tidak memiliki tradisi pulang pada saat libur. Selain tidak pulang beliau juga tidak menitip pesan dan tidak juga berkirim surat. Karena sudah terlalu lama beliau tida muncul,mudik,  sampai suatu saat keluarga besar menyimpulkan beliau telah tiada. Sesuai dengan kebiasaan  bagi masyarakat desa itu maka diselenggarakanlah  doa bersama. membaca yasinan layaknya bagi seseorang yang telah tiada. Sungguh mengejutkan selang beberapa lama  diputuskan beliau telah tiada, Beliau; pulang Kampung, dan menghabarkan sudah selesai mengikuti pendidikan di Padang dan tak berniat melanjutkan pendidikan lebih tinggi.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan di Pesantren di Padang selain sudah mengenal sistem klasiial, tetapi mereka juga masih menerapkan ngaji Kitab. Dengan sistem klassikal santri belajar bersama sama, dan dengan ngaji kitab setiap santri diwajibkan membaca atau dibacakan  kitab di hadapan Kiyayi nya dan Kiyayi memberikan penjelasan penjelasan terhadap apa apa yang dibaca, atau dibacakan dihadapan santri. Dan Belajar bahasa Arab adalah merupakan aktivitas yang paling pokok. Bahkan di banyak Pesantren, santri dilarang berbahasa selain Bahasa Arab, agar memiliki kemampuan membaca kitab secara mandiri. Jadi ngaji kitab memang membutuhkan waktu yang sangat lama.

Ketika itu Saya sudah duduk di SLTP pernah pada suatu hari saya mendapatkan nasehat dari Ayahanda dengan cara beliau mengutip sebuah pribahasa dengan penggalan : Berenang Hingga ke Seberang. Walaupun ucapan itu indah, tetapi saya tak ingin menyimoannya dalam kenang kenangan, melainkan sebagai sebuah perintah. Belajar itu ibarat berenang, dan keseberang adalah tujuan. Dalam mengarungi arus kita diajarkan berakit rakit ke hulu berenang renang ketetepian. Bersakit sakitlah dahulu untuk bersenang senang kemudian.
Ujaran ini lama saya simpan saja, dalam hati saya katakan bahwa beliau masih memahami dan ingat ujaran para pendidik.  Kelak barru saya memahami, kekekehan belaiu dalam belajar, sehingga tak lazim pulang mudik setiap kali libur, itu semua adalah merupakan wujud dari  berenang sampai ke seberang.

Dalam arus air, maka arahnya dari hulu ke arah hilir, berkayuh ke hulu lebih membutuhkan tenaga dibanding berkayuh ke hilir. Kelak pada saatnya baru saya dapat memhami dan mebandingkan pengalaman beliau yang demikian berat dan penuh perjuasngan. Tulisan ini akan dibuat dan diterbitkan dalam beberapa tahapan.

(Bersambung)

Thursday, February 22, 2018

FALSAFAH ITU PENTING DALAM BAHASA

Belajar dari kasus tak tercetaknya Kamus Bahasa Lampung yang disusun oleh Herman Van Der Tuuk akhir abad ke 18 yang lalu menunjukkan kepada kita betapa pentingnya Falsafah sebuah Komunitas bila ingin mengembangkan komunitas itu. Diceriterakan bahwa Van Der Tuk yang bekerja untuk lembaga Persekutuan Alkitab telah bersusah payah menhysun sebuah Kamus Bahasa Lampung, yang semula seperti biasanya Ia hanya membuituhkan waktu beberapa bulan, tetapi untuk kasus penyusunan Kamus Bahasa Lampung ini ia membutuhkan waktu hingga setahun lebih. Hasilnya luar biasa Kamus Bahasa Lampung Karya Van Der Tuuk konon memiliki kualitas jauh diatas karya Kamus Lampung lainnya hingga sekarang.





Sangat di sayangkan bila ternyata Pemerintah Daerah yang diberikan wewenang untuk memfasilitasi Pembangunan Kebudayaan Darah Lampung ternyata hanya memandang sebelah mata, seperti pepatah minang yang mengatakan "Tibo di Paruik dikempiskan, Tibo Di Mato Dipicingkan"  lalu panitia merenhek rengek ke sna kemari sekedar dapat membawa kopy manuskrip kamus Bahasa Lampung yang selain bersejarah dan sangat penting untuk kemajuan Bahasa Lampung yang justeru Pemereintah Daerah sendiri yang memerintahkan untukmenjadi Pelajaran Muatan Lokal di sekolah formal. Lebih memalukan ketika ada lembaga swasta yang mengumpulkan dan mengelola dana untuk para dhu'afa atau fakir miskin membantu pengkopian naskah ini. Terasa pedih bila usaha mulya ini  justeru disetarakan dengan para dhu'afa itu.

Tuesday, February 20, 2018

MENGAPA KAMUS LAMPUNG VAN DER TUUK TAK DICETAK ?



Dengan sangat informatif sekali Arman AZ seorang peneliti Kebudayaan di Lampung menghabarkan bahwa copy transkrip kamus bahasa Lampung yang aslinya masih ada di Leiden University  berhasil dibawa pulang ke Lampung tentu dengan berbagai cara yang dipastikan  tak mudah, dibutuhkan perjuangan dan jibaku apa lagi upaya ini tidak berhasil meyakinkan Pemeritah Daerah Lampung sehingga sampai dengan waktu yang ditentukan Pemda tak kunjung menganggarkan pembiayaan upaya yang penting artinya bagi pembangunan budaya Lampung ini,  sehingga dengan malu malu Arman AZ terpaksa mengakui telah merengek ke sebuah lembaga suwasta yang mengumpulkan dana untuk santunan bagi dhuafa. Entah bagaimana logikanya Yayasan Bagi Duafa itu berkenan mengucurkan dananya untuk, semoga saja kita semua pemilik budaya Lampung tak dipersalahkan telah menzolimi mereka yang tercatat sebagai dhu'afa yang sangat membuthkannya. jika tak ingin disetarakan.



Transkrip Kamus Bahasa Lampung yang disusun oleh Van Der Tuuk (1824-1894) itu sangat berharga selain ditulis pada zaman yang telah lama, selain itu konten buku sangat tebal, juga Van Der Tuuk adalah penulis kamus bahasa di berbagai daerah di Nusantara ini, maka berbahagialah Lampung menjadi sasaran penelitian dari peneliti kenamaan itu. Hasilnya tentunya sangat luar biasa.

Tetapi akan menjadi pertanyaan bagi kita semua, mengapa karya luar biasa ini tak kunjung diterbitkan, Bahasa Batak, Jawa dan Bahasa Bali juga menjadi sasaran penelitiannya, dan berhasil dicetak. Sedangkan Kamus Bahasa Lampung - Belanda tak kunjung dicetak. Tentu ada hal yang sangat prinsip sebagai penyebabnya. Barangkali Hanya Herman Ven Der Tuuk yang bisa menjawabnya. Yang terlontar dari  Koes Groeneboer sebagai narasumber antara lain (1) kesulitan leter pencetak, (2) kesulitan sumber informasi  tercetak  atau tertulis (3) sumber data tutur yang kurang representatif.

Herman Vander Tuuk sebagai person yang bekerja bagi Persekutuan Alkitab, tentu saja dari Van Der Tuuk  diharapkan memiliki rekomendasi yang akan  memudahkan missionaris mengambil langkah langkah untuk melancarkan Kristenisasi di Lampung. Besar dugaan kita adalah kegagalan Vander Tuuk menangkap falsafah masyarakat Lampung, Study sebuah bahasa akan tuntas manakala dari bahasa tersebut kita menangkap secara jelas pandangan filosofisnya dari pengguna bahasa tersebut, Dengan memahami filosofisnya kita dapat melakukan pendalaman dengan kelancaran berkomunikasi. Lancar bahasa Inggris tetapi tak memahami budaya dan filosofinya maka di telinga orang Inggris justeru dianggap janggal.

Waktu zaman TVRI masih hitam putih dahulu, ad seorang pakar bahasa Ingrris yang dikontrak menyelenggarakan program bahasa Inggris di  TVRI  namanya Inke Maris (maaf) didapuk untuk menjadi pemandu  dalam acara Tolk Show pakar lingkungan hidup, Kepiawaian bahasa Inggrisnya tak dapat diragukan, keketarmpilan berbicara di depan kamera TV karena harus kagum kepada yang bersangkutan. Tetapi setelah narasumber bicara dalam bahasa Inggris secara jujur Inke Maruis menyatakan tidak siap untuk memahami persoalannya, terpaksa Prof Emil Salim yang walaupun kemampuan bahasanya jauh di bawah Inke Maris, tetapi pemahaman ilmu lingkungan hidup, dan falsafah lingkungan hidup Emil Salim pakarnya, maka Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim yang tampil dalam menjelaskan maklsud narasumber sebelum mendapatkan tanggapan dari pakar lainnya. Artinya paham bahasa tak paham falsafahnya, akan gagal. Itu di alami oleh Van Der Tuuk dalam menyusun kamus bahasa daerah Lampung -  Belanda

Konon transkrip Kamus Bahasa Daerah Lampung karya Herman Van Der Tukk itu adalah karya luar biasa ditinjau dari berbagai hal, tetapi sayang lemah dalam filosofi, mungkn si penulis merasakan sulitnya kamus itu bisa menginspirasi sesuatu, sehingga Lembaga Al Kitab tak akan mendapatkan inspirasi dalam melaksanakan upaya Kristenisasi di Lampung, Sehingga yang bersangkutan tidak merekomendasikannya melalui penerbitan kamus yang bertahun dipersiapkannya, sementara ketika menyusun Kamus bahasa daerahj lainnya cukup dalam hitungan bulan saja dan hasilnya luar biasa. Contoh Kamus bahasa Batak dan Kristenisasi di Batak.

Tetapi datangnya Transkrip karya Va Der Tuuk ini terbilang luar biasa dan kita harus optimis akan kemanfataannya, kita harapkan akan menginspirasi berbagai pihak untuk menyusun Kamus Yang Lebih Baik Lagi. Walaupun bukan dalam rangka kepentingan Lembaga Al Kitab untuk upaya Kristenisasi, tetapi setidaknya untuk kepentingan pembangunan Lampung melalui pembelajaran Bahasa Lampung Semoga usaha yang besar ini bisa ditindaklanjuti dan ditingkatkan kualitasnya. semoga





MAAF BELUM SELESAI GAAANNN