Monday, December 15, 2014

Piil Pesenggiri Itu Kampanye Untuk Berniaga

Ditinaju dari sudut bahasa bisnis maka tak dapat disangkal bahwa Piil Pesenggiri itu adalah sebuah filosofi untuk berniaga. Memang bila meninjau Lampung secara geografis tempo doeloe maka tertariklah orang untuk mengembangkan perniagaan di daerah ini. Ditinjau dari pengertian bahasa Piil Pesenggiri sarat dengan bahasa perniagaan, setidaknya ketika konten Piil Pesenggiri itu akan dioperasionalkan, lihat saja Nemui-Nyimah operasionalnya adalah produktif, Nengah-Nyappur operasionalnya kompetitif, Sakai-Sambaian operasionalnya adalah kooperatif sementara Juluk-Adek operasionalnya adalah inovatif, itu semua meyakinkan bahwa Piil Pesenggiri sangat pantas dijadikan bahan atau landasan mengkampanyekan berniaga kepada gemerasi muda kita agar mereka mempersiapkan diri untuk terjun dalam dunia perniagaan.

Seperti kita ketahui bersama bahwa sosialisasi Piil Pesenggiri itu dilakukan oleh para tokoh adat utamanya bagi generasi muda pada komunitas itu adalah dilakukan dalam berbagai kegiatan penyelenggaraan upacara daur hidup dan upacara upacara terkait alam dan lain sebagainya. Essensi dari penyelengaraan berbagai upacara itu selalu saja dijelaskan dengan bahasa bahasa Piil Pesennggiri, yang sudah barang tentu pilihan bahasa selalu saja akan disesuaikan,  dengan audien yang terlibat dan berfungsi dalkam upacara itu maupun para hadirin lainnya.

Yang manakala upacara itu hingga kini masih diselenggarakan sesemarak dahulunya, ketika para pimpinan adat masih memiliki peran yang besar dalam memimpin warga kamunitas itu, niscara pada era era sulit seperti sekarang ini maka Piil Pesenggiri jelas dibicarakan dalam pendekatan ekonomis. Apalagi dari segi bahasa maka Piil Pesenggiri kental sekali dengan istilah ekonomi. Sayang seiring dengan diberlakukannya UU Pemerintahan Desa maka peran Lembaga adat terkena imbas dari UU Pemeriuntahan Desa ini. Sayangnya lembaga ini tidak segera mengantisipasinya dengan menyerahkan sebagian kewenangannya kepada pemerintahan Desa dan memperkuat sisi lainnya.

Tetapi pilihan atas istilah yang digunakan sebagai konten Piil Pesenggiri itu jelas jelas menghabarkan kepada kita sebagai generasi yang kemudian, bahwa Piil Pesenggiri memang dirancang untuk masyarakat Lampung secara keseluruhan untuk memiliki semangat berniaga yang tinggi. Hal itu sejalan dengan besarnya potensi Lampung yang sudah sangat disadari sejak dahulu itu memiliki potensi yang besar untuk setidaknya menghasilkan perkebunan yang tak terhingga. Semua tanam tumbuh yang ditanam di Lampung menunjukkan hasil yang menggembirakan.

Selain itu posisi daerah Lampung sangatlah strategis, karena memiliki pantai alam yang ideal untuk dijadikan pelabuhan, bukan hanya di selat selat, tetapi Lampung juga memiliki  teluk dan Tanjung yang berpotensi untuk membangun pelabuhan. Belum lagi sungai sungai besar yang dahulu memang mampu dilalui kapal besar hingga kapal kapal itu mampu masuk hingga pedalaman.

Saya menghimbau kepada para intelektual yang berada di seluruh komunitas pendukung budaya Lampung mari kita kembangkan Piil Pesenggiri ini untuk mendorong generasi mendatang agar memiliki kemampuan meningkatkan daya saing, berniaga seperti apa yang dipesankan oleh Piil Pesenggiri, yaitu produkti, kompetitif, kooperatif dan inovatif.

Tuesday, December 9, 2014

Piil Pesenggiri Itu Fastabiqul Khairot


Bambang Eka Wijaya
IPPPL--Ikatan Pensiunan Pendidik Provinsi Lampung--di akun facebook Fachruddin Dani mencanangkan Kampanye Hidup Berniaga bagi Generasi yang Akan Datang, Minggu (30-11). Materi kampanye tersebut dirangkai dalam kearifan lokal Lampung, Piil Pesenggiri. Melalui pemaknaan khas, Piil Pesenggiri diartikan Prinsip Fastabiqul Khairat--berlomba (bersaing) dalam kebaikan. Arti lomba itu dibuat menonjol dalam uraian unsur-unsurnya. 

(1) Nemui nyimah, yang arti harfiahnya bertemu dengan kesantunan, dimaknai untuk santun orang harus produktif dalam bidangnya, maka operasional pertemuan dan kesantunan adalah produktif.(2) Nengah nyappur, yang berarti tampil terampil, operasionalnya kompetitif. (3) Sakai Sembayan, yang berarti terbuka, siap menerima siap memberi, operasionalnya kooperatif. Dan (4) Juluk Adek yang berarti nama juluk dan gelar adat, atau selalu mendapat nama baru, operasionalnya inovatif.

Demikianlah, semangat berniaga pada generasi mendatang ditumbuhkan dengan kearifan lokal Piil Pesenggiri sebagai pandangan hidup siap bersaing dalam kebaikan, didasarkan pada sikap dan perilaku berjiwa produktif, kompetitif, kooperatif, dan inovatif. 

 Kearifan lokal yang diformat khas dalam semangat kewirausahaan itu tahap awal dikampanyekan di kalangan guru SD, guna selanjutnya ditanamkan ke murid SD--mengacu ke Rasulullah Muhammad SAW yang belajar bisnis sejak usianya belia. 

 Menanamkan semangat berniaga dalam kecerdesan spiritual begitu jelas amat tepat, karena berniaga dalam terminologi Fastabiqul Khairat maknanya luas sekali sebagai usaha, mewujudkan hakikat pendidikan untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat! 

Berniaga dengan kapasitas produktif, kompetitif, kooperatif, dan inovatif itu pun merupakan spiritualitas bagi generasi muda untuk bangkit dan unggul di masa depan. Untuk mencapai hasil maksimal kampanye tersebut, lebih baik lagi jika IPPPL bisa menyusun ajaran kearifan lokal berniaga tersebut dalam buku pelajaran yang sistematis, untuk selanjutnya diusulkan sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah dalam wilayah Provinsi Lampung. 

 Sistematis dimaksud, sekali jalan buku itu memberi pemahaman tentang filsafat hidup orang Lampung Piil Pesenggiri, sekaligus menanamkan religiositas Fastabiqul Khairat dalam berniaga mencapai kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat! ***

Monday, December 8, 2014

Kampanye Hidup Berniaga dengan Piil Pesenggiri

Piil Pesenggiri Dibuang Sayang, falsafah yang sangat bernilai ini sepertinya banyak dipandang sebelah mata oleh para budayawan Lampung, saya sempat dikejutkan oleh sikap seortang pakar bahasa Lampung yang menyamakan Piil Pesenggiri dengan Kirotoboso, karena beliau mengatakan bahwa Piil Pesenggiri itu seperti istilah "Kodok" teko teko ndodok. Kalau saja ucapan itu bukan diucapkan oleh pakar bahasa Lampung dalam seminar budaya pula, maka saya tidak akan sekecewa itu. Diluar dugaan saya ketika kami mengajukan Proposal bantuan biaya bagi penyelenggaraan pelatihan sosialisasi Karakter Bangsa, ternyata pihak Dinas Pendidikan Provinsi Lampung meminta kami mengkampanyekan pentingnya Falsafah Lampung Piil Pesenggiri.

Dengan demikian kamipun menggabungkan program unggulan kami yaitu kampanye hidup berniaga bagi generasi yang akan datang, tentu saja dengan piil Pesenggiri. Maka terselenggaralah itu pada tanggal 30 November 2014 yang lalu. Tidak kurang dari 40 orang peserta yang kami undang alhamdulillah seluruhnya hadir dan mengikuti acara hingga selesai. Mdereka adalah siswa SD/MI, SMP/MTs, guru olahraga, guru Pendidikan Agama  Islam (PAI) Pengawas, Karyawan Dinas Pendidikan dan Provinsi Lampung dan Kota Bandar Lampung. Walaupun itu hanya bersifat sosialisasi, tetapi ternyata para peserta menyampaikan ketertarikannya dan berjanji akan menindaklanjutinya di sekolah masing masing.

Kami menganggap sangat tepat menggabungkan Falsafah Piil Pesenggiri dengan Kampanye Hidup berniaga, karena konten Piil Pesenggiri bila dipandang dari sisi tertentu justeru sarat bermakna niaga. Lihat saja unsur unsur Piil Pesenggiri yang terdiri dari Nemui-Nyimah yang operasionalnya adalah produktif, nengah nyappur yang dalam operasionalnya kompetitif, sakai sambaian yang dalam operasionalnya membutuhkan kooperatif, serta juluk adek yang dalam operasionalnya membutuhkan inovatif.

Beranjak dari sana maka Piil Pesenggiri dicanangkan sebagai bahan kampanye dari kami yang tergabung dalam kelompok Diskusi Ikatan Pensiunan Pendidik Provinsi Lampung. Namun tentu saja karena sekolah juga membutuhkan berbagai kegiatan terkait dengan kegiatan belajar dan mengajar atasu proses pembelajaran di sekolah maka kegiatan ini dirancang sedemikian rupa dengan melibatkan guru mata pelajaran, dan guru yang terpilih untuk sementara ini adalah guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Guru Pendidikan Olahraga/ Kesehatan.

Dengan semangat Pesenggiri yaitu produktif, kompetitif, kooperatif dan inovatif Guru PAI menyelenggarakan Gerakan Amal Sholeh, mulai dari membina hubungan baik dengan orangtua, Kepala Sekolah, para guru, famili, masyarakat, teman main, teman sekolah, teman sekelas serta, memilihara sholat lima waktu, sholat lain dan sholat dhuha serta  mengeluarkan sedekah. Sementara Guru Pendidikan Olahraga dan Kesehatan mengupayakan penerapan Brain Gym guna mengatasi keslitan siswa dalam belajar. Itu semua dilakukan dalam semangat Piil Pesenggiri, yaitu semangat produkttif, kompetitif, kooperatif dan inovatif. 

Ini sekedar sosialisasi yang hanya dilaksanakan satu hari, oleh karenanya maka apa yang dikampanyekan ini harus ditindaklanjuti di sekolah sekolah, ada yang diprtogramkan oleh guru PAI dan ada yang diprogramkan oleh guru Olahraga/ Kesehatan. Tentunya itu semua membutuhkan bantuan dan dorongan dari Kepala Sekolah karena kegiatan ini harus terfasilitasi dan juga melibatkan segenap masyarakat sekolah, utamanya guru guru mata pelajaran lainnya, serta para guru kelas di SD/MI. Dengan semangat Piil Pesenggiri kami yakin program ini berjalan lancar.