Angka kemiskinan yang tak kunjung terhapuskan dengan berbagai upaya pembangunan disegala bidang membuat kita berharap banyak kepada kearifan lokal, diyakini masing masing daerah memiliki kearifan lokal, yaitu kearifan yang terbukti (1) tahan gempuran dari nilai nilai budaya asing, (2) mampu mengakomodir nilai nilai yang baik walaupun berasal dari luar, (3) memiliki kemampuan mengintegrasikan budaya luar ke dalam budaya lokal, (4) memiliki kemampuan untuk mengendalikan, dan (5) memiliki kemampuan untuk memberikan arahan dalam perkembangannya.Manakala kearifan lokal ini benar benar tergali dari nilai budaya Lampung, maka diyakini angka angka kemiskinan yang bertengger pongah itu akan segera surut. Harapan ini juga telah saya sampaikan dalam diskusi kearifan lokal dalam sastra Lampung.
Sementara ini kita meyakini kearifan lokal daerah Lampung itu adalah 'Piil Pesenggiri' karena inilah nilai nilai yang kita temukan yang di Lampung yang memiliki kemampuan bertahan hingga sekarang, serta memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan bahkan memberikan tempat kepada nilai nilai yang datang dari luar, istimewanya piil pesenggiri ini menerima nilai nilai Islam, dengan menambahkan kata pesenggiri yang berarti bersaing atau kompetitif. Kompetitif adalah rangkungan dari keseluruhan piil pesenggiti yang (1) nemui nyimah (produktif), (2) nengah nyappur (kompetitif), sakai sambaian (kooperatif) dan juluk adek (inovatif).
Saturday, November 23, 2013
Thursday, November 21, 2013
Berharap Sastra Lampung Menjadi Corong Kearifan Lokal Lampung
Fachruddin *)
A.Prakata.
1. Atas rekomendasi Udo Z.Karzi saya diminta oleh Panitia untuk menjadi narasumber pada diskusi publik yang diselenggarakan oleh Komunitas Anak Bangsa, dengan audien terdiri dari mahasiswa dan pelajar, serta guru bahasa Lampung dan umum, dengan catatan bahwa ukuran pembicaraan ditujukan kepada mahasiswa, dan yang lainnya diharapkan dapat menyesuaikan. Kearifan lokal masing masing daerah menjadi marak dibicarakan setelah pembangunan ekonomi yang selama ini kita laksanakan dengan mengacu kepada negara negara yang kita anggap berhasil dalam membangu eknomi bangsanya nyaris dapat kita katakan gagal. Angka angka kemiskinan muncul secara signifikan yang lalu biasanya disambut dengan debat debat kusir. Tetapi yang jelas bahwa setelah sekian lama kita membangun maka kesejahteraan masih jauh dari harapan.
2. Di awal awal pelaksanaan Pembangunan Lima Tahum (Pelita) sebagai program unggulan era Ordebaru (Orba) memang berbagai pihak telah menganjurkan agar pembangunan hendaknya berdasarkan atas budaya Indonesia, manakala tidak maka hasil pembangunanpun akan berimplikasi tercerabutnya hasil pembangunan itu dari akar budaya bangsa. Lalu tentu saja adalah kekhawatiran tergerusnya karakter bangsapun terjadi justeru sebagai akibat langsung pelaksanaan pembangunan yang kita biayai dengan harga yang demikian mahal itu.
Wednesday, November 13, 2013
Upaya Memahami Pesan Filosofis Musik Cetik
Gamol Pering Penuh Pesan Moral.
Apa yang dilakukan oleh I Wayan Sumerta Dana Arta terhadap musik gamol pering 'Cetik' sangatlah besarnya. Pesan musik yang ditangkap dengan Solmisasi Laras nada cetikakhirnya mampu diterima oleh para seniman di Fakultas dan Akademi Seni. Memang seni harus disampaikan dengan bahasa bahasa seni, sementara bahasa seni adalah bahasa yang paling mudah diaksep bukan saja bagi seniman, bahkan orang awam penikmat senipun akan mampu menangkapnya. Tetapi itu saja tentu belumlah utuh, tampa memahami pesan filosofis seni tersebut. Tulisan singkat ini adalah upaya secara awam untuk memahami pesan filosofis sebi cetik.Cetik yang merupakan musik instrumen itu tentu saja memiliki pesan pesan tertentu, dahulu cetik lazim ditabuh dikeheningan malam. Penabuh cetik bukan hanya sekedar menabuh tetapi memiliki makna dan pesan bahkan pesan itu tidak jarang ditujukan kepada orang tertentu.
Dalam musik cetik ukuran kebagusannya mirip semerti kita mengagunmi kuntum bunga, kita akan terkagum kagum manakala ada bunga plastik yang mirip sekali dengan bunga aslinya. demikian juga kita akan kagum dengan bunga asli yang demikian sempurna sehingga mirip plastik yang direkayasa.
Musik cetik juga demikian. Sejatinya pesan aslinya disampaikan dalam bentuk wayak wayak, tetapi oleh masyarakat sekitar Lampung Barat dari mana musik cetik berasal, wayak itu dapat juga diekspressikan dengan siulan, dan bahkan gemuruhnya suara cetik akan menjadi seni yang sangat dikagumi bila semakin mirip dengan jeritan wayak, yang semakin jelas lagi manakala tabuhan cetik mampu mengekspressikani isakan tangis 'ngehahedo'.
Untuk memahami filosofi dan pesan pesan yang terkandung dalam wayak Wayak itu maka akan dengan mudah kita juga akan menangkap pesan filosofis cetik, karena cetik ini adalah upaya menyampaikan sair wayak secara instrumentalia. Dalam kesempatan ini juga saya secara pribadi ingin menyampaikan terima kasih kepada sdr Wayan, yang sudah lama kali kita tyak sua.
Thursday, September 19, 2013
Menanamkan Semangat Berwirausaha Dengan Piil Pesenggiri
Kewajiban Lembaga Adat yang paling utama masa kini sebenarnya adalah membina komunitas pendukung adat, terutama masalah kesejahteraan. dalam mempertahankan eksistensi Lemaba Adat maka pengurus Lemaba Adat harus mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan komunitas yang dipimpin, manakala tidak maka cepat atau lembat lembaga ini pasti akan ditinggalkan. Memang kesejahteraan para nggota bukanlah satu satunya pengikat, karena masih ada pengikat lainnya, umapamanya seni, tetapi masalah kesejahteraan pada saat ini semakin mendesak untuk diperioritaskan.
falsafah Piil Pesenggiri adalah pandangan filosofis yang sejatinya cukup kaya dalam membekali hidup para komunitas adal di Lampung, untuk menjawab keadaan prekonomian yang semakin menghimpit. Dahulu lahan pertanian demikian luasnya, sementara jumlah penduduk relatif sedikit. Dahulu banyak tumbuhan seperti tumbuh sendiri, banyak rampai dan cabai tumbuh di pinggir pinggir kebun, sisa pohon singkong tubuh subur ditetumpukan sampah, sehingga bila persiapan bahan sayuran di dapur menipis, seorang ibu rumah tangga kaular untu ber"tandang". Dengan membawa waah (sumbuk) seorang ibu menelusuri tumpukan tumpukan kayu yang diniatkan untuk dibuang, ada saja yang diketemukannya seperti buah rampai, buah cabai, pucuk dedaunan, aneka jamur dan tidak jarang aneka buah diketemukan ditempat tempat yang tak terurus, sumbukpun penuh tampa harus berjalan jauh. Kini tidak ada lagi tempat yang tak terurus, kebun kebun dipagar, pertanda orang tak boleh masuk tampa ijin. Bila seseorang memerlukan sesuatu maka ia harus bekerja, atau berusaha agar memiliki uang dan bisa membeli berbagai kebutuhan.
falsafah Piil Pesenggiri adalah pandangan filosofis yang sejatinya cukup kaya dalam membekali hidup para komunitas adal di Lampung, untuk menjawab keadaan prekonomian yang semakin menghimpit. Dahulu lahan pertanian demikian luasnya, sementara jumlah penduduk relatif sedikit. Dahulu banyak tumbuhan seperti tumbuh sendiri, banyak rampai dan cabai tumbuh di pinggir pinggir kebun, sisa pohon singkong tubuh subur ditetumpukan sampah, sehingga bila persiapan bahan sayuran di dapur menipis, seorang ibu rumah tangga kaular untu ber"tandang". Dengan membawa waah (sumbuk) seorang ibu menelusuri tumpukan tumpukan kayu yang diniatkan untuk dibuang, ada saja yang diketemukannya seperti buah rampai, buah cabai, pucuk dedaunan, aneka jamur dan tidak jarang aneka buah diketemukan ditempat tempat yang tak terurus, sumbukpun penuh tampa harus berjalan jauh. Kini tidak ada lagi tempat yang tak terurus, kebun kebun dipagar, pertanda orang tak boleh masuk tampa ijin. Bila seseorang memerlukan sesuatu maka ia harus bekerja, atau berusaha agar memiliki uang dan bisa membeli berbagai kebutuhan.
Mental Membina Budaya Lampung
Kalau boleh saya berterus terang, saya sangat kecewa dengan pernyataan Bapak Ratu Perwira sebagai pimpinan lembaga adat dan Bapak Khairullah AY sebagai pengamat budaya Lampung, yang mengatakan bahwa : "Paksi Pak Skala Brak merupakan sebuah lagenda yang terjadi secara turun temurun dan tidak ada bukti autentik yang menyebutkan siapa dan bagaimana silsilah kerajaan itu." (Ratu Perwira) " Sedangkan Chairullah AY mengatakan "Saya hanya mengetahui di Lampung Barat, atau saat ini sudah menjadi Pesisir Barat, tidak mengetahui ada raja atau atau tidak. Dulu saya memang mendengar ada Kerajaan Skala Brak, namun tidak pernah mengetahui keturunan vertikal kerajaan itu. Dari tahun 1980 tidak pernah ada dan sudah saya telusuri,"
Thursday, September 12, 2013
Bahasa Lampung Tampa Piil Pesenggiri
Banyak pihak yang sangat menghawatirkan akan kepunahan bahasa Lampung, tetapi dalam waktu bersamaan tidak segan segan mempertunjukkan antipatinya terhadap falsafah Piil Pesenggiri, prilaku seperti ini tak ubahnya ibarat menggantang anak ayam, yang tak kunjung selesai untuk tidak dikatakan justeru akan menambah masalah baru. Apalah artinya belajar bahasa Lampung tampa memahami filosofi yang hidup menyertai bahasa Lampung itu. Kata para ahli pembelajaran bahasa asing, bahwa seseorang tak akan berhasil memahami suatu bahasa asing tampa memahami budaya dan filosofi bahasa itu. Dahulu ada seseorang yang bernama Inke Maris adalah presenter bahasa Inggris pada saat televisi Indonesia hanya TVRI. Inke Maris mewawancarai seorang profesor sebagai seorang peserta pertemuan internasional lingkungan hidup yang diselenggarakan di Indonesia pada saat itu. Siapa yang meragukan kemampuan bahasa Inggris seorang Inke Maris, tetapi Inke Maris pada saat itu tak mampu menrejemahkan apa yang disampaikan oleh sang profwesor. Lantaran Inke memang kurang paham perkembangan ilmu Lingkungan Hidup.
Itulah pula sebabnya maka pembelajaran bahasa Lampung yang dijadikan mulok di sekolah sekolah sontak berubah mnjadi pembelajaran aksara Lampung yang hampa tanpa makna, seperti tidak memiliki missi apapun, memang kini banyak generasi muda kita yang memiliki pemahaman menulis dan membacara aksara yang dikenal dengan kaganga ini, tetapi justeru bahasa Lampung tetap saja ternacam kepunahan. Apalagi pelajaran bahasa yang berubah menjadi pelajaran aksara itu justeru digunakan untuk menulis bahasa Indonesia dengan aksara Lampung.
Falsafah Piil Pesenggiri bukan milik
Itulah pula sebabnya maka pembelajaran bahasa Lampung yang dijadikan mulok di sekolah sekolah sontak berubah mnjadi pembelajaran aksara Lampung yang hampa tanpa makna, seperti tidak memiliki missi apapun, memang kini banyak generasi muda kita yang memiliki pemahaman menulis dan membacara aksara yang dikenal dengan kaganga ini, tetapi justeru bahasa Lampung tetap saja ternacam kepunahan. Apalagi pelajaran bahasa yang berubah menjadi pelajaran aksara itu justeru digunakan untuk menulis bahasa Indonesia dengan aksara Lampung.
Falsafah Piil Pesenggiri bukan milik
Monday, July 22, 2013
Sunday, July 21, 2013
Sunday, February 24, 2013
Tuesday, January 29, 2013
Nyambuk Temui Mengacu pada Piil Pesenggiri.
Gambar Foto Ilustrasi
Oleh FACHRUDDIN
Nyambuk temui (menyambut tamu) adalah wujud dari praktek falsafah ‘Piil Pesenggiri’ dalam kehidupan bermasyarakat bagi komunitas Lampung. Naymbuk temui adalah prosesi kedatangan suatu kelompok masyarakat untuk mendatangi kediaman atau batas wilayah kedaulatan orang lain termasuk kesaulatan para sahabat . Kini nyambuk temui dilakukan dalam upacara adat yang memiliki lambang saling menghargai kedaulatan adat masing masing, upacara ini dimaksudkan sebagai penghargaan bagi mereka yang akan mendatangi keluarga yang menyelenggarakan perhelatan (gawi : Lampung) besar yang ditandai dengan berberapa upacaea keadatan.
Bila dahulu acara sambuk temui ini bisa jadi benar benar dimaksudkan sebagai penyeleksi para tamu, siapakah sebenarnya identitas para tamu yang ingin masuk, apakah mereka benar benar sebagai para terundang dalam perhelatan acara besar itu.. Bila ternyata benar benar sebagai pihak terundang, maka kedatangan mereka disambut dengan upacara kebesaran, dikawal dengan segala kehormatan untuk memasuki tempat yang disediakan bagi para tamu terhormat.
Tetapi bagi mereka yang ternyata pendatang gelap yang diragukan niat baik atas kedatangannya itu, maka pemilik hajat memang telah menyiapkan beberapa orang yang memiliki keterampilan ulah kanuragan yang benar benar pilih tanding. Ini masih digambarkan dalam kalimat sambuk temui, pada upacara sambuk temui yang hingga sekarang tetap diselenggarakan dengan penuh lambang dan makna.
Tetapi sejalan dengan perubahan zaman, tentu saja kalimat kalimat yang diucapkan pada upacara sambuk temui itu telah mengalami beberapa kali perubahan, baik disadari maupun tidak, baik sengaja maupun tidak disengaja, karena dalam prakteknya, subjektivitas para pelaku upcara cukup menonjol, dan bahkan banyak kalimat kalimat yang diucapkan para pelaku upacara itu dibiarkan lalu begitu saja, karena mereka meyakini bahwa ini adalah upacara seremonial, yang dibeberapa detik mendatang rombongan pasti akan dipersilakan masuk ke ruang kehormatan..
Tetapi pada suatu saat akan datang para peneliti dari luar yang akan mengambil gambar dari upacara yang benar benar terbuka itu, mereka akan merekam selengkapnya adegan dan peristiwa, kata demi kata, peneliti akan mencatat penuturan kata kata para pelaku upacara, para peneliti juga akan menterjemahkan kata demi kata hingga kalimat demi kelaimat, yang manakala apa yang dituturkan oleh para pelaku upacara itu tidak selalu dalam control, para pemangku adapt lainnya, bukan tidak mungkin ini akan menjadi boomerang yang kurang menyenangkan. Bukan tidak mungkin akan ada penilaian miring dari peneliti luar, bukan pendukung adat, tentang tingkat peradaban adat istiadat Lampung .
Pada saat ini yang sering lepas dari control adalah ketika sang jurubicara memperkenalkan karakter balo balo. Balo balo adalah sosok seseorang ahli kanuragan dan petarung yang digambarkan kurang memiliki pengetahuan dan wawasan, namun memiliki kedigdayaan yang sangat tinggi, tidak ada rasa segan dan takut baik terhadap manusia maupun binatang buas untuk bertarung sekedar mengisi waktu. Sayang para jurubicara sering seperti ingin mengatakan bahwa jangankan kepada manusia, kepada Tuhanpun yang tak segan melawan, tetapi sangat setia kepada Stan yang melindunginya. Walaupun dalam memperkenalkan balo balo ini pada umumnya dipilihkan kata kata yang lucu yang mengundang tawa, tetapi inti kata janganlah terlepas dari kontek falsafah piil pesenggiri.
Piil pesenggiri yang terdiri dari Nemui nyimah (produktif), Nengah nyappur (kompetitif), Sakai sambaian (kooperatif) dan Juluk adek (inovatif). Apalagi upacara sambuk temui secara keseluruhan adalah merupakan wujud dari pendidikan piil pesenggiri khususnya Nemui nyimah, maka sewajarnyalah bila kita berharap memperkenalkan balo balopun tidak terlepas dari konteks Piil Pesenggiri pula.
Oleh FACHRUDDIN
Nyambuk temui (menyambut tamu) adalah wujud dari praktek falsafah ‘Piil Pesenggiri’ dalam kehidupan bermasyarakat bagi komunitas Lampung. Naymbuk temui adalah prosesi kedatangan suatu kelompok masyarakat untuk mendatangi kediaman atau batas wilayah kedaulatan orang lain termasuk kesaulatan para sahabat . Kini nyambuk temui dilakukan dalam upacara adat yang memiliki lambang saling menghargai kedaulatan adat masing masing, upacara ini dimaksudkan sebagai penghargaan bagi mereka yang akan mendatangi keluarga yang menyelenggarakan perhelatan (gawi : Lampung) besar yang ditandai dengan berberapa upacaea keadatan.
Bila dahulu acara sambuk temui ini bisa jadi benar benar dimaksudkan sebagai penyeleksi para tamu, siapakah sebenarnya identitas para tamu yang ingin masuk, apakah mereka benar benar sebagai para terundang dalam perhelatan acara besar itu.. Bila ternyata benar benar sebagai pihak terundang, maka kedatangan mereka disambut dengan upacara kebesaran, dikawal dengan segala kehormatan untuk memasuki tempat yang disediakan bagi para tamu terhormat.
Tetapi bagi mereka yang ternyata pendatang gelap yang diragukan niat baik atas kedatangannya itu, maka pemilik hajat memang telah menyiapkan beberapa orang yang memiliki keterampilan ulah kanuragan yang benar benar pilih tanding. Ini masih digambarkan dalam kalimat sambuk temui, pada upacara sambuk temui yang hingga sekarang tetap diselenggarakan dengan penuh lambang dan makna.
Tetapi sejalan dengan perubahan zaman, tentu saja kalimat kalimat yang diucapkan pada upacara sambuk temui itu telah mengalami beberapa kali perubahan, baik disadari maupun tidak, baik sengaja maupun tidak disengaja, karena dalam prakteknya, subjektivitas para pelaku upcara cukup menonjol, dan bahkan banyak kalimat kalimat yang diucapkan para pelaku upacara itu dibiarkan lalu begitu saja, karena mereka meyakini bahwa ini adalah upacara seremonial, yang dibeberapa detik mendatang rombongan pasti akan dipersilakan masuk ke ruang kehormatan..
Tetapi pada suatu saat akan datang para peneliti dari luar yang akan mengambil gambar dari upacara yang benar benar terbuka itu, mereka akan merekam selengkapnya adegan dan peristiwa, kata demi kata, peneliti akan mencatat penuturan kata kata para pelaku upacara, para peneliti juga akan menterjemahkan kata demi kata hingga kalimat demi kelaimat, yang manakala apa yang dituturkan oleh para pelaku upacara itu tidak selalu dalam control, para pemangku adapt lainnya, bukan tidak mungkin ini akan menjadi boomerang yang kurang menyenangkan. Bukan tidak mungkin akan ada penilaian miring dari peneliti luar, bukan pendukung adat, tentang tingkat peradaban adat istiadat Lampung .
Pada saat ini yang sering lepas dari control adalah ketika sang jurubicara memperkenalkan karakter balo balo. Balo balo adalah sosok seseorang ahli kanuragan dan petarung yang digambarkan kurang memiliki pengetahuan dan wawasan, namun memiliki kedigdayaan yang sangat tinggi, tidak ada rasa segan dan takut baik terhadap manusia maupun binatang buas untuk bertarung sekedar mengisi waktu. Sayang para jurubicara sering seperti ingin mengatakan bahwa jangankan kepada manusia, kepada Tuhanpun yang tak segan melawan, tetapi sangat setia kepada Stan yang melindunginya. Walaupun dalam memperkenalkan balo balo ini pada umumnya dipilihkan kata kata yang lucu yang mengundang tawa, tetapi inti kata janganlah terlepas dari kontek falsafah piil pesenggiri.
Piil pesenggiri yang terdiri dari Nemui nyimah (produktif), Nengah nyappur (kompetitif), Sakai sambaian (kooperatif) dan Juluk adek (inovatif). Apalagi upacara sambuk temui secara keseluruhan adalah merupakan wujud dari pendidikan piil pesenggiri khususnya Nemui nyimah, maka sewajarnyalah bila kita berharap memperkenalkan balo balopun tidak terlepas dari konteks Piil Pesenggiri pula.
Sunday, January 27, 2013
Subscribe to:
Posts (Atom)