Gamol Pering Penuh Pesan Moral.
Apa yang dilakukan oleh I Wayan Sumerta Dana Arta terhadap musik gamol pering 'Cetik' sangatlah besarnya. Pesan musik yang ditangkap dengan Solmisasi Laras nada cetikakhirnya mampu diterima oleh para seniman di Fakultas dan Akademi Seni. Memang seni harus disampaikan dengan bahasa bahasa seni, sementara bahasa seni adalah bahasa yang paling mudah diaksep bukan saja bagi seniman, bahkan orang awam penikmat senipun akan mampu menangkapnya. Tetapi itu saja tentu belumlah utuh, tampa memahami pesan filosofis seni tersebut. Tulisan singkat ini adalah upaya secara awam untuk memahami pesan filosofis sebi cetik.Cetik yang merupakan musik instrumen itu tentu saja memiliki pesan pesan tertentu, dahulu cetik lazim ditabuh dikeheningan malam. Penabuh cetik bukan hanya sekedar menabuh tetapi memiliki makna dan pesan bahkan pesan itu tidak jarang ditujukan kepada orang tertentu.
Dalam musik cetik ukuran kebagusannya mirip semerti kita mengagunmi kuntum bunga, kita akan terkagum kagum manakala ada bunga plastik yang mirip sekali dengan bunga aslinya. demikian juga kita akan kagum dengan bunga asli yang demikian sempurna sehingga mirip plastik yang direkayasa.
Musik cetik juga demikian. Sejatinya pesan aslinya disampaikan dalam bentuk wayak wayak, tetapi oleh masyarakat sekitar Lampung Barat dari mana musik cetik berasal, wayak itu dapat juga diekspressikan dengan siulan, dan bahkan gemuruhnya suara cetik akan menjadi seni yang sangat dikagumi bila semakin mirip dengan jeritan wayak, yang semakin jelas lagi manakala tabuhan cetik mampu mengekspressikani isakan tangis 'ngehahedo'.
Untuk memahami filosofi dan pesan pesan yang terkandung dalam wayak Wayak itu maka akan dengan mudah kita juga akan menangkap pesan filosofis cetik, karena cetik ini adalah upaya menyampaikan sair wayak secara instrumentalia. Dalam kesempatan ini juga saya secara pribadi ingin menyampaikan terima kasih kepada sdr Wayan, yang sudah lama kali kita tyak sua.
No comments:
Post a Comment