Thursday, September 19, 2013

Menanamkan Semangat Berwirausaha Dengan Piil Pesenggiri

Kewajiban Lembaga Adat yang paling utama masa kini sebenarnya adalah membina komunitas pendukung adat, terutama masalah kesejahteraan. dalam mempertahankan eksistensi Lemaba Adat maka pengurus Lemaba Adat harus mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan komunitas yang dipimpin, manakala tidak maka cepat atau lembat lembaga ini pasti akan ditinggalkan. Memang kesejahteraan para nggota bukanlah satu satunya pengikat, karena masih ada pengikat lainnya, umapamanya seni, tetapi masalah kesejahteraan pada saat ini semakin mendesak untuk diperioritaskan.
falsafah Piil Pesenggiri adalah pandangan filosofis yang sejatinya cukup kaya dalam membekali hidup para komunitas adal di Lampung, untuk menjawab keadaan prekonomian yang semakin menghimpit. Dahulu lahan pertanian demikian luasnya, sementara jumlah penduduk relatif sedikit. Dahulu banyak tumbuhan seperti tumbuh sendiri, banyak rampai dan cabai tumbuh di pinggir pinggir kebun, sisa pohon singkong tubuh subur ditetumpukan sampah, sehingga bila persiapan bahan sayuran di dapur menipis, seorang ibu rumah tangga kaular untu ber"tandang". Dengan membawa waah (sumbuk) seorang ibu menelusuri tumpukan tumpukan kayu yang diniatkan untuk dibuang, ada saja yang diketemukannya seperti buah rampai, buah cabai, pucuk dedaunan, aneka jamur dan tidak jarang aneka buah diketemukan ditempat tempat yang tak terurus, sumbukpun penuh tampa harus berjalan jauh. Kini tidak ada lagi tempat yang tak terurus, kebun kebun dipagar, pertanda orang tak boleh masuk tampa ijin. Bila seseorang memerlukan sesuatu maka ia harus bekerja, atau berusaha agar memiliki uang dan bisa membeli berbagai kebutuhan.

Maka hiduppun harus tertata, dalam menata hidup itu ada filosofinya, filosofi itu bernama Piil Pesenggiri.Benar Piil Pesenggiri adalah sebuah filsafat. Unsur unsur Piil Pesenggiri memiliki kemampuan untuk dijadikan bahan pokok membina komunitas pendukung adat memiliki semangat berwirausaha. Coba perhatikan  Nemui Nyimah (produktif), Nengah Nyappur (kompetitif) Sakai Sambaian (kooperatif) dan Juluk Adek (inovatif). Bila seseorang telah memiliki kelengkapan kompetensi seperti apa ya g ditetapkan oleh piil Pesenggiri, maka berarti orang itu adalah seorang wirausahawan, dan itu pulalah prototipe manusia paripurna menurut falsafah Piil Pesenggiri.

Produktif.
Salah satu unsur Piil Pesenggiri yang menurut hemat saya paling utama adalah nemui nyimah. Nemui yang berasal ari kata temui yang artinya tamu, dan nyimah berasal dari kata simah yang artinya santun. Menurut saya eksistensi seseorang menurut Piil Pesenggiri bukan Juluk Adek seperti yang selama ini diuraikan oleh Hilman Hadikusuma. Seseorang dikatakan eksis ketika seseorang telah melakukan sesuatu dan berhasil dengan baik, eksistensi seseorang dimulai dari 'siapa telah berbuat apa', dan menghasilkan apa, sehingga Ia mampu berbuat santun. Seseorang dikatakan eksis manakala telah memiliki kemampuan menerima ramu dan juga memiliki kemampuan menjadi tamu yang santun. dalam hal ini seseorang tidak akan mungkin dapat berbuat santun manakala belum memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Melakukan sesuatu yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi orang lain, itulah bahan untuk berbuat santun itu. Kesantunan adalah kemampuan melakukan sesuatu yang bermanfaat, dengan demikian prasyarat untuk mampu melakukan Nemui Nyimah adalah telah mampu melakukan sesuatu yang benmanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain, produktif.

Kompetitif.
Setelah seseorang produktif, maka Piil Pesenggiri mengajarkan Nengah Nyappur. Kata Nengah memiliki tiga arti, yaitu kerja keras, berketrampilan dan bertanding. Sedang kata nyappur artinya tenggangrasa. Dengan semangat tenggangrasa seseorang harus kerja keras, kerja keras adalah sebuah lomba untuk mencari atau mendapatkan yang sebanyak banyaknya. Mendapatkan sebanyak banyaknya dalam waktu yang sesingkat singkatnya adalah sebuah perlombaan, walaupun nantinya hasil dari apa yang dilakukan dalam kerja keras itu juga dalam waktu bersamaan memiliki makna tenggangrasa, karena pa yang yang kita dapatkan dalam kerjakeras adalah untuk orang juga, yaiotu agar orang lain bisa mendapatkannya tampa harus kerja keras, terlebih dahulu.
Untuk kerja keras serta menghasilkan sesuatu dengan optimal, maka seseorang itu juga harus memiliki keterampilan (nengah)  atau kompetensi. Dan dengan keterampilan dan kompetensi itu seseorang dalam kerja keras dapat menghasilkan sesuatu sebanyak banyaknya dalam tempo yang sesingkat singkatnya (optimal). Karena segala sesuatunya pada hakekatnya adalah sebuah lomba atau komopetisi.

Kooperatif.
Setelah seseorang mampu menghasilkan sesuatu (produktif) dan bahkan apa yang dihasilkan itu juga mampu bersaing dengan produk produk lain, maka Piil Pesenggiri mengajarkan bahwa seseorang harus kooperatif. Salah satu unsur Piil Pesenggiri adalah Sakai sambaian. Sakai berasal dari kata se-akai yang artinya terbuka dan dalam waktu bersamaan ia juga harus sambai atau sumbai yang artinya menilai atau mengasuh. Kita harus terbuka atas produk kita untuk dievaluasi oleh pihak lain, demi kebaikan dan peningkatan kualitas produk yang kita keluarkan. Kita harus mampu menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun.
 Tetapi dalam waktu bersamaan kita juga harus sumbai atau sambai. Sumbai atau sambai memiliki dua arti yaitu menilai dan memelihara (mengasuh). Artinya bila diminta memberikan masukan kita harus siap memberikan masukan  Tetapi bila tidak dimintapun sebenarnya kita harus tetap melakukan penilaian, penelitian, pengawasan atas segala sesuatu yang ada di sekitar kita, dalam waktu yang bersamaan juga kita kita harus menjaga lingkungan kita agar tetap kondusif, tak ada unsur yang dapat merusak lingkungan. Siap menerima dan siap memberi itulah makna dari sakai sambaian, dengan kata lain yaitu kooperatif.

Inovatif.
Salah satu unsur dari Piil Pesenggiri adalah Juluk Adek. Juluk adalah nama baru setelah seorang anak mencapai prestasi awal, yaitu mampu merumuskan cita citanya. Sedangkan Adek atau Adok adalah nama baru ketika seseorang berhasil mencapai apa yang dicita citakan. Sejatinya nama nama simbolis tidak begitu penting, yang lebih penting adalah prestasi baru. Bila prestasi awal adalah mampu merumuskan cita cita, atau mampu merumuskan rencana, maka prestasi yang kedua adalah ketika rencana itu mampu dilaksanakan sebaik baiknya.
Yang paling penting dalam Piil Pesenggiri ini adalah kemampuan kita untuk selalu melakukan pembaharuan, karena tampa adanya pembaharuan maka pada suatu saat praduk praduk kita yang pada saat ini memang berhasil laku dan dibutuhkan orang, tetapi lama kelamaan konsumen juga membutuhkan produk yang lebih praktis, produk yang lebih berkualitas. Oleh karenanya makla Piil Pesenggiri mengajarkan inovatif.

Pasarkan Piil Pesenggiri.
Sejatinya Piil Pesenggiri ityu melekat pada adat, Itulah sebabnya sejak semula Piil Pesenggiri ini diajarkan oleh para pemangku adat melalui upacara daur hidup yang lazim dilaksanakan komunitas pendukung adat. Mulai dari upacara kelahiran, masa bayi, masa kanak kanak, masa remaja, masa dewasa,  acara perkawinan, acara kehamilan, acara kematian (penguburan) dan lain sebagainya. Tetapi lama kelamaan upacara daur hidup mengalami penyederhanaan, sehingga sulit bagi para pemangku adat untuk mengajarkan Piil Pesenggiri secara utuh melalui upacara daur hidup itu.
Kini dibutuhkan terobosan dalam mengajarkan Piil Pesenggiri ini kepada komunitas pendukung adat, pengajaran Piil Pesenggiri harus juga dilakukan melalui pelatihan pelatihan atau kursus kursus serta pertemuan pertemuan lainnya yang dihadiri oleh komunitas secara bersamaan. Dengan demikian berarti bahwa lembaga adat pada saat sekarang ini harus telah memikirkan bagaimana kurikulum dalam pendidikan keadatan dan falsafah yang dianut dalam rangka memilihara keutuhan komunitas serta perangkat adat agar dapat mampu mempertahankan eksistensi dalam keadaan yang selalu berkembang dan berubah ini.

Pertahankan dengan Bahas Seni.  
Tentu tidaklah mudah kita mengajarkan lika liku adat istiadat serta falsafah yang telah berhasil menghantarkan perangkat adat itu hingga era sekarang. Oleh karenanya maka komunikasipun harus dikemas dengan bahasa bahasa yang gampang dimengerti oleh para generasi muda utamanya, yaitu bahasa seni.


No comments:

Post a Comment