Saturday, November 23, 2013

Kearifan Lokal Sebagai Benteng Akhir

Angka kemiskinan yang tak kunjung terhapuskan dengan berbagai upaya pembangunan disegala bidang membuat kita berharap banyak kepada kearifan lokal, diyakini masing masing daerah memiliki kearifan lokal, yaitu kearifan yang terbukti (1) tahan gempuran dari nilai nilai budaya asing, (2) mampu mengakomodir nilai nilai yang baik walaupun berasal dari luar, (3) memiliki kemampuan mengintegrasikan budaya luar ke dalam budaya lokal, (4) memiliki kemampuan untuk mengendalikan, dan (5) memiliki kemampuan untuk memberikan arahan dalam perkembangannya.Manakala kearifan lokal ini benar benar tergali dari nilai budaya Lampung, maka diyakini angka angka kemiskinan yang bertengger pongah itu akan segera surut. Harapan ini juga telah saya sampaikan dalam diskusi kearifan lokal dalam sastra Lampung.

Sementara ini kita meyakini kearifan lokal daerah Lampung itu adalah 'Piil Pesenggiri' karena inilah nilai nilai yang kita temukan yang di Lampung yang memiliki kemampuan bertahan hingga sekarang, serta memiliki kemampuan untuk berinteraksi dan bahkan memberikan tempat kepada nilai nilai yang datang dari luar, istimewanya piil pesenggiri ini menerima nilai nilai Islam, dengan menambahkan kata pesenggiri yang berarti bersaing atau kompetitif. Kompetitif adalah rangkungan dari keseluruhan piil pesenggiti yang (1) nemui nyimah (produktif), (2) nengah nyappur (kompetitif), sakai sambaian (kooperatif) dan juluk adek (inovatif).

Nilai nilai yang dipanuti masyarakat Lampung diterima secara turun temurun secara lisan, karena naskah tulis tak terpelihara lantaran di Lampung tidak memiliki Kerajaan yang berkuasa dengan kekuasaan yang tak terbatas. Karena dengan kekuasaannya itu naskah naskah lama serta nilai nilai itu diupayakan keberadaannya. Karena itu pula maka corak piil pesenggiri itu menjadi lain dari yang lain karena falsafah yang satu ini justeru bukan untuk dijadikan upaya mempertahan kekeuasaan, melainkan sebagai usaha untuk memberdayakan masyarakat. Lihat saja unsur unsur piil pesenggiri itu sama sekali bukan untuk ditujukan mempertahankan dan apalagi mengembangkan kekuasaan.

Pensosialisasian piil pesenggiri pada saat ini sebenarnya akan tergantung kepada para penulis tentang kebudayaan Lampung, terutama penulis sastra Lampung. juga termasuk novel, cerpen dan bahkan tulisan opini tentang budaya Lampung. Dipundak merekalah pengembangan piil pesenggiri selaku kearifan lokal daerah Lampung ini untuk disosialisasikan.

Atau kalaupun memang ada ketidaksukaan kepada piil pesenggiri, tentu kita mempersilakan untuk mengetengahkan nilai yang lain nilai yang telah teruji berabad lamanya dan ternyata  mampu mempengaruhi dan mengarahkan masyarakat Lampung agar menjadi masyarakat yang mandiri produktif, kompetitif, koperatif dan inovatif seperti piil pesenggiri. Tentu saja kita semua akan berbahagia bila ada diantara kita yang menemukannya yang digali dari budaya Lampung.

Tetapi manakala tidak maka tentu saja piil pesenggiri adalah alternatif yang sama sama kita junjung, kita implementasikan dalam naskah tulis yang kita susun. kalaupun kita menulis naskah untuk kita jadikan novel, maka diharapkan untuk menampilkan tokoh yang representatif berkarakter piil pesenggiri. Demikian juga dalam naskah lainnya.Kearifan lokal dikatakan benteng terakhir adalah manakala berbagai upaya untuk memajukan masyarakat tak jua berhasil, maka kita kembalikan kepada panutan lama yang memang telah teruji berabad lamanya, untuk kita gunakan kini sebagai upaya pembangunan masyarakat dalam segala bidang atau bagian tertentu saja khususnya ketahanan perekonomian masyarakat setempat.

No comments:

Post a Comment