Saturday, September 9, 2017
ASIMILASI BUDAYA DENGAN PIIL PESENGGIRI
PANGERAN Edwardsyah Perenong melaksanakan Angkon Muari bersama masyarakat Tionghowa, itu terjadi pada tahun 2015 yang lalu, disaat saat hubungan antara masyarakat Tionghowa di Indonesia tak dapat dibilang baik. Tidak kondusif, suasana itu terpicu oleh kemampuan ekonomi yangantara priumi dan masyarakat Tionghowa benar benar njomplang kicut (lampung) ditambah lagi upaya kelompok ini untuk merebut kekuasaan melalui tokohnya Ahok ditambah lagi kelak ketahuan bahwa Ahok diputuskan sebagai tokoh yang telah menista agama. Pada saat situasi seperti itu Pangeran Edwardsyag Perenong Membina Persaudaraan, tetantu disikapi beragam.
Sebagai pewaris tahta salah satu Kebuwayan Di Paksi Pak Sekala Brak tampa ada penjelasan yang memadai serta terlihatnya aktivitas yang sama sama menguntungkan maka apa yang dilakukan oleh Pimpinan Kepaksian ini akan dipastikan selalu dalam simpangsiur pendapat yang kontroversi. Apa yang dilakukan tidak begitu saja bisa disalahkan, walaupun bisa saja manakala tidak terkelola dengan baik, belakangan akan dirasakan sebagai sesuatu yang kurang tepat. Maka sebaiknya memang warha komunitas ini, terutama para kelompok intelektualnya dapat memberikan partisipasi secara positif, demi keutuhan dan kemajuan bersama. Tetapi tulisan ini akan dibatasi terkait masalah Piil Pesenggiri, sesuai dengan peruntukan untuk apa Blog ini saya terbutkan.
Memang dirasakan bahwa Pemerintah selama ini lebih berorientasi kepada kekuasaan di banding kesejehteraan masyarakat yang sebenarnya. segala sesuatuinya banyak dilakukan hanya polesan pencitraan yang sebenarnya adalah untuk memperkuat kekuasaan yang dimilikinya, sehingga apayang dilakukan selalu hanya bersifat politis belaka. Sehingga hampir hampir dapat dipastikan bahwa terjadinya asimilasi antara pribumi dan dengan komunitas pendatang Cina tidak disentuh oleh pemerintah secara cerdas.akibatnya adalan njompolang kicut seperti tersebut di atas, tak ada keseimbangan. Dijadikan warga istimewa oleh Pemerintah Kolonial Belanda, diberikan kesempat luar untuk berbisnis oleh Presiden Soeharto, keluguan Presiden Megawaty Soekanoputri dan bermain mata secara nyata oleh Presiden Jokowi, ini semua sedang memupuk kecemburuan yang semakin tak bertepi. Sejumlah Presiden RI ganti berganti memberuikan kesempatan kepada kelompok minoritas ini sehingga mengakibatkan mereka memiliki jau terbang jauh lebih baikl dalam bidang ekonomi dibanding pribumi asli.
Laksanakanlah Asimilasi.
Mungkin merupakan satu satunya jalan adalah melakukan asimilasi dengan pendatang China. karena jumlah pendatang China selain sudah terjadi ratusan tahun lalu (Kubilay Kan) dan dengan penerapan bebas visa serta dibolehkannya pemilikan bangsa pendatang oleh Pemerintah, dan dengan politik tutup matanya Pemerintah pribumi yang tak berdaya ini semakin gelisah. Jikalau Pemerintah masih saja kekeh dengan gayanya, maka satu satunya cara adalah dengan proses asimilasi. Dan akan lebih mudah lagi dengan seni. Artinya tidak cukup dengan pidato pidatoan yang lazim dilakukan oleh politisi. Tetapi yang lebih penting adalah bersama sama mencari persamaan, atau sesuatu yang mungkin dikolaborasikan.
Jelas tidak mudah melakukan asimilasi dengan komunitas tiong hoa, karena komunitas mereka terlalu menganggap remeh pribumi, karena juga mereka sejak zaman Kolonial dijadikan manusia kelas dua setelah bangsa penjajah dianggap kelas satu, hal itu nampaknya juga selalu tertanam dari generasi ke generasi. Budaya mereka adalah budaya Budha, Kita akan sulit membedakan agama mereka itu Konghuchu atau Budha. Yang jelas pasca meletusnya pemberontakan PKI, G 30 S PKI nampaknya hampir jelas melibatkan China. Bahkan dari sisi ertentu memang sudah terang benderang.
Dahulu pasca G 30 S PKI mereka dimintai identitas agama, kecuali Konghuchu, mereka memilih menjadi Kristen atau Katholik, karena mereka sekalipun aktif ke gereja, tetapi di rumahnya tetap saja memelihara meja perabuan. Mereka tak akan memilih agama Islam, karena Islam terlampau ketat menjaga akidah, dan mengharuskan masuk secara kaffah, atau totalitas.Bila seseorang telah masuk Islam maka seseorang harus merasa terikat dengan kaidah kaidah keislaman secara totalitas. Tetapi kepada nin muslim menjadi sangat toleran, Untukku agamaku dan untukmu agamamu.
Namun Islam di Lampung sejatinya memiliki pengalaman untukmelakukan asimilasi secara budaya, adalah ketika masuknya Islam ke Lampung, maka serta merta yang dahulu hanya mengenal Piil maka dengan hasil asimilasi terjadi perubahan yang sangat berarti yaitu berubah atau bertambah menjadi Piil Pesenggiri. Harus diakui bahwa Islam memiliki peran untuk mengembangkan Piil itu menjadi Piil Pesenggiri, Pesenggiri artinya adalah lomba.
...........................sorry belum selesai.............................
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment