Friday, January 6, 2017
BUDAYA LAMPUNG DITENGAH ARUS KEHIDUPAN MODERN
Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya kepada kedua narasumber, Saya sangat menghormati keduanya karena Pak Mawardi Harirama yang saya tahu adalah tokoh Lampung yang telah mengeluarkan banyak dana milik pribadinya untuk membangun budaya serta menyelenggarakan berbagai upacara adat Lampung yang dibukakan kepada masyarakat. Sementara Hardi Hamzah yang saya tahu adalah penulis kebudayaan Lampung yang sangat produktif, banyak hal dan banyak aspek telah ditulisnya, dan tak ada tulisannya yang dibantah oleh pelaku adat dan budaya Lampung, maka berarti karyanya sangat kredible. Maka akan sulit bagi siapapun yang akan menkritisi keduanya dalam hal budaya Lampung.Sementara saya tak ada apa apanya dibanding keduanya. Namun ijinkan saya menulis sedikit hal terkait Piil Pesenggiri yang sempat saya renungkan tentu saja sedikitpun tak mengurangi rasa hormat saya kepada kedua orang guru saya, beliau keduanya.
Falsafah Piil Pesenggiri Membanggakan.
Tidak ada alasan bagi saya untuk tidak bangga dengan Piil Pesenggiri sebagai falsafah hidup Lampung, dan saya berkeyakinan bahwa Falsafah Piil Pesenggiri adalah sebagai kearifan lokal orang Lampung yang sangat memenuhi syarat sebagai kearifan lokal karena Piil Pesenggiri selain memiliki nilai yang mampu dipertahankan pendukungnya serta memiliki kemampuan menerima nilai nilai yang lain untuk bersama hidup berdampingan dengan nilai nilai yang lain, sehingga bisa sama sama berkembang.
Kebanggaan saya selanjutnya adalah bahwa Falsafah Piil Pesenggiri ini memiliki nilai yang sangat egaliter, tidak banyak falsafah lama daerah di Indonesia ini yang egaliter, karena kebanyakan Falsafah daerah menunjukkan gejala ubtuk mempertahankan kekuasaan raja raja atau sultan sultan yang berkuasa, karena memang falsafah itu disusuk untuk mengamankan dan mengembangkan kekluasaan yang dimiliki oleh Raja sebagai Penguasa. Sementara Piil Pesenggiri disusun pada saat tidak ada Penguasa yang memiliki kekuasaan yang tak terbatas, pada saat itu di Lampung.
Piil Pesengiri Persiapan Membangun Kesultanan Yang modern.
Dari Demak berkembang ke Kesultanan Cirebon,dari Cirebon ke Kesultanan Banten, Semuamnya didukung oleh budaya Jawa. Lalu akan dikembangkan Kesultanan Islam Modern di Lampung, dengan mengawinkan budaya Jawa yang memiliki pengalaman dalam mengelola Kerajaan dengan budaya Sumatera yang dinilai lebih demokratis. Piil Pesenggiri itu dimaksudkan untuk mengembangkan Kekuasaan Islam di Nusantara dengan buadaya yang modern Bila pengawinan buadaya Jawa dengan budaya Sumatera yang lebih egaliter itu berhasil, maka diyakini akan mampu memunculkan budaya modern di Nusantara.
Piil Pesenggiri semangat Egaliter.
Dahulu alm Prof. Hilman Hadikusuma berpendapat bahwa istilah Pesenggiri berasal dari nama Pasukan kerajaan Bali yang mampu bergerak cepat. Saya menilai Pak Hilman terlalu terburu buru mengaitkan dengan nama besar pasukan Pasunggiri yang terkenal ini. Saya lebih cenderung mengaitkannya dengan istilah Pasunggiri (Periangan) yang artinya lomba. Ini akan lebih sejalan dengan semangat Piil Pesenngiri, karena dalam Piil Pesenggiori Lampung corenya adalah persaingan.
Dengan core persaingan itu maka diharapkan masyarakat Lampung pada saat itu akan menjadi masyarakat yang modern, yang nantinya penguasa di Lampung tidsak boleh memiliki kekuasaan yang tak terbatas. Raja ataupun Sultan tak boleh sewenang wenang.
Unsur Unsur Piil Pesenggiri.\
Untuk memahami prinsip egaliter Piil Pesenggiri dapat dilihat dari unsur unsur Piil Pesenggiri itu sendiri. Piil Pesenggiri yang diketemukan Kiyai Rizani pada saat beliau menyusun skripsi S1 Fakultas Hukum Unila. beliau menemukan Piilpesenggiri terdiri dari (1) Nemui Nyimah yang operasionalnya produktif, (2) Nengah nyappur yang operasionalnya kompetitif, (Sakai Sambaian yang operasionalnya kooperatif dan (4) Juluk Adek yang operasionalnya inovatif. Ada pihjak yang mengusulkan untuk dimasukkan unsur (5) Titi Gemeti yang operasionalnya komunikatif, sistematis dan metodologis, tetapi nampaknya Prof. Hilman menggaris bawahi keempat unsur sebagai unsur Piil Pesenggiri. Dari unsur iunsur tersebut di atas kita mendapatkan gambaran betapa modernnya Falsafah Piil Pesenggiri ini.
Eksitensi Diri.
Seseorang dinyatakan eksis dalam Piil Pesenggiri adalah sejak seseorang itu mampu menciptakan atau menghasilklan sesuatu (nemuinyimah), tetapi itu saja belum cukup, karena sesuatu yang dihasilkan atau diciptakan itu juga harus memiliki daya saing (nengah nyappu), yang artinya sesuatu itu bukan hanya bermanfaat bagi diri pribadi, tetapi juga harus bermanfaat bagi orang lain. Itu saja tidak cukup Piil Pesenggiri juga mengharuskan agar kita mampu kerjasama dengan orang lain (sakai sambaian) karena tak mungkin seseorang akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, dia juga membutuhkan keterampilan dan atau produk orang lain juga, setelah itu dia jga harus memiliki kemampuan memperbaiki produknya (juluk Ade). Maka sempurnalah dia.
Makna Masing Masing Unsur Dalam Piil Pesenggiri .
(Judul) Piil artinya Prinsip, Sedang Pesenggiri artinya Kompetisi. Yang unsur unsurnya adalah sebagai berikut :
1. Nemuio Nyimah, terdiri dari dua kata. Nemui dari kata temui yang artinya tamu atau pertemuan. Kata nyimah yang berasal dari kata simah yang artinya santun. Seseorang baru disebut eksis manakala sudah memiliki kemampuan bertamu dan atau menerima tamu atau hadir dalam suatu pertemuan, dan dalam kegiatan itu bertindak sebagai pihak yang santun. Untuk mampu berbuat santun maka seseorang harus produktif. terkait kesantunan itu tidak selamanya bersifat materi, bisa jadi kesantunan itu dalam hal informasi yang harus dijelaskan dan sebagainya. Untuk dapat santun maka seseorang itu harus produktif. yang melebihi kebutuhan pribadi dan orang orang yang ada dibawah tanggungjawabnya.
Produktif artinya mampu menghasilkan sesuatu yang juga bermanfaat bagi orang lain sehingga dapat dijadikan sarana kesantunan. Dengan demikian keharusan santun dalam Piil Pesenggiri itu intinya adalah produktif.
2. Nengah Nyappur. Terdiri dari dua kata, yaitu kata nengah yang artinya tanding/ kerja keras. Dan kata nyappur tenggang rasa. Dalam bahasa Lampung diketemukan ada dua arti nengah, yang pertama terjun ke gelanggang loma olahraga atau penampilan seni. Seseorang bekerja di sawah atau ladang, atau mencari ikan ditengah laut lazim disebut nengah, artinya untuk mencari atau mendapatkan yang terbanyak atau yang terbaik, tercepat, terindah dan lain sebagainya. Sedang kata nyappur artinya tenggang rasa. Intinya kompetitif
3. Sakai Sambaian. Terdapat dua kata Sakai yang berasal dari kata kakkai atau kekai, yang artinya membuka atau terbuka, yang artinya siap dinilai,siap dikoreksi, siap diberi, Dan kata sambaian berasal dari kata sumbai yang artinya memelihara, menilai, mengelola, memberi. Sakai sambaian siap diberi dan siap memberi, siap dinilai dan siap menilai, intinya koperatif.
4. JulukAdek. Terdiri dari dua kata yaitu juluk, adalah nama baru yang diberikan kepada seorang anak, ketika ketika sudah mampu merumuskan cita citanya, dan kata Adek atau Adok adalah nama baru ketika seseorang telah mampu mencapai cita citanya. Setiap seseorang harus selalu memiliki prestasi yang baru. Dan prestasi baru itu harus selalu dirayakan dengan dua tahapan. Tahap perttama adalah perencanaan disebut juluk, dan setelah tercapai maka juga harius dirayakan dengan pemberian adek atau adok, atau singkatnya setiap seseorang harus selalu memiliki prestasi yang lebih baru,lebih baik, lebih tinggi, lebih sempurna. dan berilah nama untuk merayakan prestasi itu./ Itulah sebabnya juluk adek/adok disebut inovatif.
Akhirul kalam.
Demikianlah tulisan singkat ini saya sudahi dengan keyakinan bahwa serba sedikit telah ada penjelasan, mengapa saya meyakini bahwa Piil Pesenggiri sebenarnya adalah suatu F
.alsafah daerah yang sangat tinggi nilainya, dan tidak berlebihan jika kita sebut sebagai falsafah yang modern.
Catatan : Tulisan saya tentang falsafah Piil Pesenggiri ada beberapa yang saya gelar di blog ini, walaupun tulisan itu tidak sebaiktulisan orang lain, tetapi setidaknya telah menambah tulisan dan orang yang menulis tentang Piil Pesenggiri,
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment