Monday, April 23, 2012
‘Segubal’, Makanan Lampung ala Negeri Olokgading
BANDAR LAMPUNG (Lampost): Kelurahan Negeri Olokgading masuk dalam kawasan Kecamatan Telukbetung Barat. Kelurahan yang memiliki luas sekitar 109 ha ini memiliki industri rumahan pembuatan makanan khas Lampung, yakni segubal.
====
Berkunjung ke Tanah Tapis tidak lengkap rasanya kalau tidak menikmati salah satu makanan khas daerah Lampung, yakni segubal. Makanan yang sudah hadir sejak lama ini merupakan makanan kebudayaan masyarakat asli Lampung.
Biasanya, saat Hari Raya, baik Idulfitri maupun Iduladha dan di saat-saat pesta budaya masyarakat Lampung, seperti perkawinan, sunatan, dan acara-acara budaya lainnya, makanan khas daerah Lampung ini keluar dihidangkan untuk tamu-tamu agung.
Segubal adalah bahan dari ketan yang dikukus dengan santan, lalu dibungkus daun pisang, atau daun kelapa (janur). Menyantap makanan ini biasanya ditemani gulai ayam, rendang daging, opor ayam, kari, tapai, dan lain-lain. Selain itu, makanan ini pun dapat dinikmati dengan sambal goreng ati, petai, atau jengkol.
Tak sulit mendapatkan makanan unik ini. Di lokasi Pasar Bambu Kuning, segubal selalu ramai terjual dan terfavorit bagi masyarakat setempat. Harganya pun sekitar Rp15 ribu saja/bungkusnya.
Warga Bandar Lampung yang banyak membuat segubal ini berasal dari Kelurahan Negeri Olokgading. Banyak warga sekitar maupun warga Bandar Lampung yang memesan segubal dalam jumlah besar kepada warga kelurahan ini.
Untuk Hajatan
Segubal yang ada di kelurahan ini dibuat Maisaroh, warga Jalan Setia Budi, RT 01 Lingkungan I. Maisaroh yang juga istri Ketua RT 01 kelurahan setempat, Syahrial, sering mendapatkan pesanan dalam jumlah besar. Baik dari warga sekitar yang ingin hajatan maupun warga lainnya.
"Kami punya segubal, kue tradisi orang Lampung. Penganan ini dibutuhkan saat hajatan dan bisa juga dipesan," kata Lurah Negeri Olokgading M. Badri ketika ditemui Lampung Post di ruang kerjanya, Jumat (20-4).
Pembuatan makanan ini membutuhkan waktu sekitar 10 jam. Caranya, ketan yang telah diberi santan dibungkus dengan daun pisang dan dikukus. Karena terbilang rumit dan membutuhkan ketelatenan ekstra, sudah jarang orang Lampung yang dapat membuat segubal.
Badri mengatakan saat ini warga Lampung lebih suka memesan segubal pada para pembuatnya. Sehingga, dia mendapat banyak pesanan, khusunya pada saat Lebaran maupun hajatan. Bahkan, pemesan segubal juga terkadang untuk oleh-oleh.
Selain itu, segubal ini pun sering dijajakan pengunjung saat ada kegiatan (pameran) di tingkat Kecamatan Telukbetung Barat. Saat MTQ Bandar Lampung beberapa waktu lalu di Pahoman, segubal dari Kelurahan Negeri Olokgading ini pun diperkenalkan ke pengunjung.
Karyawan yang dimiliki Maisaroh yang juga kader PKK kelurahan setempat hanya sebatas keluarganya. Home industry ini pun sudah turun-temurun sejak sepuluh tahun yang lalu.
"Enggak sembarangan orang yang bisa buat segubal ini. Maisaroh ini salah satu pembuat segubal yang masih ada dan dipertahankan," kata Badri. (MG5/K-2)
Lampost/24 April 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
terimakasih.
ReplyDeletesalam,
bimbel smp
makanan yang sangat OK!
ReplyDeletebagus postingannya. Informatif sekali
ReplyDelete