Untuk apa kita belajar bahasa Lampung, adalah untuk mengetahui pemikiran filsafatnya, secara kebetulan falsafah Lampung itu telah terumuskan dalam falsafah Piil Pesenggiri. Jadi belajar bahasa Lampung dijamin tidak akan meraba raba ke mana arah pembelajarannya. Karena semestinya arah pembelajaran bahasa Lampung adalah untuk memahami pemikirannya yang utuh, dan pemikiran yang utuh itu adalah terumuskan dalam falsafah Piil Pesenggiri.
Pembelajaran bahasa Lampung dalam praktiknya ternyata hanya belajar aksara, bukan belajar bahasa, dan hasilnya juga banyak siswa yang demikian terampilnya menuliskan aksara Lampung, tetapi karena mereka tidak terlalu diarahkan untuk belajar bahasa Lampung, sehingga pembelajaran falsafah Lampung nampaknya juga ikut terabaikan.
Pembelajaran bahasa Lampung intinya adalah pembelajaran falsafah Lampung Piil Pesenggiri. Sebagaimana kita ketahui bahwa falsafah Piil Pesenggiri yang artinya Prinsip Persaingan Bersaing atau Perlombaan yang terdiri dari (1) Nemui nyimah yang operasionalnya produktif, (2) Nengah Nyappur yang operasionalnya Kompetitif, (3) Sakai Sambayan yang operasionalnya Kooperatif, serta (4) Juluk Adek yang operasionalnya Inovatif. Nemui nyimah terdiri dari dua kata, yaitu nemui yang artinya bertamu atau pertemuan dan nyimah atau simah yang artinya santun. Nengah nyappur terdiri dari dua kata nengah artinya kerja keras atau bertanding dan nyappur artinya toleransi. Sakai sambaian terdiri dari dua kata, yaitu sakai artinya terbuka dan sambay yang artinya asuh. Juluk adek terdiri dari juluk yang artinya nama yang diberikan kepada seseorang pada masa remaja dan aedek atau adok yang diberikan pada saat sukses (dewasa) Nama batu berdasarkan prestasi baru.
Piil Pesenggiri itu ada yang melekat pada penuturan penuturan, ada pada naskah kuno, ada pada kata kata bijak, ada pada karya seni seperti pantun segata, wayak adi adi, pisaan dan sebagainya, ada pada cerita, ada pada legenda serta ada pula yang berbagai ornamen ornamen. Kesemua sumber itu memenag harus diteliti dahulu oleh para akademisi, dan hasil penelitian itu juga harus sampai pada akar pemikiran yang disebut dengan Piil Pesenggiri, semangat untuk produktif, kompetitif, koo[peratif dan inovatif.
Falsafah Lampung itu sesuatu yang tak terlampau perlu diperdebatkan, tetapi yang paling penting adalah diperkaya, sebuh pemikiran filosofis itu pada umumnya boleh boleh saja akan ditemukan pemikiran yang lain serta seolah bertentangan. Sumber pertentangan itu adalah karena dahlu Lampung hanya mengenal piil pelaka, dimana disebutkan piilnya seorang laki laki adalah tergantung kepada harta dan perempuan, piilnya perempuan adalah tergantung pada uang dan perhiasan, piil anak laki laki adalah dalam sikap dan perkataan, dan piilny seorang anak perempuan atau gadis adalah tatakerama dan sopan santun.
Pada masa Islam Piil ini Berkembang menjadi Piil Pesenggiri, besar kemungkinan kata pesenggiri itu pengaruh dari semangat fastabiqul khoiroot dalam alquran, yang artinya berlomba dalam kebaikan, itulah piil pesenggiri setelah bersentuhan dengan Islam. yang intinya adalah semangat untuk produktif, semangat untuk kompetitif, semangat untuk koperatif dan semangat berinovatif, itulah falsafah Piil Pesenggiri yang harus dijelaskan dalam belajar bahasa Lampung.
No comments:
Post a Comment