Monday, January 19, 2015

Mempertahankan Komunitas Pewaris Kerajaan Sekala Brak

Dalam Rangka Mempertahankan Budaya Lampung.

Ketidakberdayaan lembaga adat untuk melakukan pembinaan kebudayaan daerah dengan menurunnya trend pelaksanaan upacara adat terkait upacara daur hidup serta upacara lainnya terkait alam yang semula lazim diselenggarakan oleh masyarakat dalam konteks upacara adat semakin menunjukkan kepastian akan memudarnya budaya daerah dan termasuk diantaranya adalah budaya Lampung.  Lalu untuk apa budaya itu kita pertahankan keberadaannya, yaitu dalam rangka mempertahankan nilai nilai luhur yang ada dalam budaya tersebut.

Ketika masyarakat pendukung budaya daerah Lampung dahuklu masih lazim menyelenggarakan upacara adat terkait daur hidup atau terkait alam  maka upacara itu menjadi media pendidikan bagi masyarakat pendukung adat budaya Lampung  yang dilakukan oleh para pimpinan adat yang sering sekaligus sebagai pelaku upacara,. tema tema pendidikan terkait upacara itu berlangsung secara efektif,
Dengan jarangnya upacara adat itu diselenggarakan maka pendidikan adat kehilangan peluang untuk melaksanakan pendidikan dan pembinaan budaya.

Acungan jempol  sangatlah pantas diberikan kepada SaiBatin Penakan Dalom Beliau Brigjen Polisi Drs. Pangeran Edward Syah Prenong SH, MH. Sultan Sekala Brak Yang Dipertuanm Ke 23, ditengah tengah kesibukannya sebagai Perwira Polisi aktif  masih menyempatkan diri untuk membangun kembali keutuhan
Komunitas peninggalam Kerajaan Sekala Brak . Sebagai contohketika beliau mendapatkan undangan secara adat dari Marga yang lain, maka  beliaupun hadiri  dalam jumlah rombongan besar  bersama para penggawa,

Perbentuknya rombongan besar secara kesatuan itu yang juga disertai dengan seragam dan atribut lainnya akan menanmkan rasa kebersamaan dalam sebuah komunitas sebagai pewaris tahta Kerajaan Sekala Brak. Dengan kebersamaan itu maka akan lebih mudah dalammenyatukan visi diantara para raja raja bentukan komunitas ini  Pewaris tahta Sekala Brak ini memang menjadi semakin unik karena komunitas ini ternyata selalu terjaga hingga kini selalu terpelihara.

Kedatangan Sultan Skala Brak Yang Dipertuan Ke 23 di Keluarga Besar Lamban Lunik Pagelaran adalah sebagai contoh nyata upaya beliau untuk memperkokoh ikatan emosional yang selanjutnya diharapkan untuk terjalinnya berbagai kesamaan yang harus dipertahankan bersama sebagai layaknya sebuah komunitas yang
mempertahankan keberlangsungan sebuah sejarah dalam mempertahankan nilai nilai yang selama ini diyakini kemanfaatannya bersama.

Pangeran Edward Syah Prenong selaku Pewaris Rahta mengajak kepada warga Lamban Lunik baik yang hadir dalam pertemuan itu ataupun tidak untuk selalu mempertahankan keberadaan bahasa, sebagaimana kita ketahui bahwa komunitas ini adalah pemakai bahasa Pesisir dialeh "A" Belalau, bahasa ini harus digunakan di
lingkungan keluarga, dan komunitas serta dalam acara acara adat baik terkait upacara 'adat' dauh hidup dan lain sebagainya, keberadaan komunitas ini ditandai dengan terpakainya bahasa kita ini. Bila akan lebih ditegaskan, maka selama bahasa ini masih sama kita tuturkan maka berarti komunitas ini masih ada dan eksis.

Tidak tertutup ada pemangku adat yang kurang mahir berbahasa daerah, maka diharapkan segera saja belajar kembali serta lazimkan menuturkannya dalam berbagai kesempatan sesuai dengan kemampuan yang ada, maka
nantinya kemampuan itu akan bertambah. Kitapun menghimbau kepada seluruh warga komunitas ini agar anak anak diajarkan berbahasa daerah sejak mereka masih kanak kanak, jadikan tradisi berbahasa daerah di rumah bersama anak anak. Jika tidak mereka akan kesulitan berbahasa daerah bila belajar setelah  besar.

Kita juga menyampaikan rasa simpati yang sangat tinggi kepada  Penakan Dalom Beliau Brigjen Polisi Drs. Pangeran Edward Syah Prenong SH, MH. Sultan Sekala Brak Yang Dipertuanm Ke 23, yang dengan segala sifat kebapaannya beliau tidak bermasam muka menerima kenyataan telah terjadinya sedikit pergeseran baik dalam ketatabahasaan maupun kontinyuitas serta konsistensi dalam berbahasa daerah, karena perpindahan geografis serta aktivitas keseharian lainnya senagai makhluk sosial. Tetapoi dilain pihak beliau gigih dalam mengajak untuk selalu berbahasa daerah. Maka dihimbau kepada semua warga komunitas ini masri berbahasa derah, dalam berkomunikasi, dalam SMS, dalam kesempatan yang menyenangkan lainnya. Sehingga berbahasa daerah menjadi sebuah kelaziman belaka.

Komunitas ini selain telah melestarikan tari tarian, di mana tarian ini sejatinya memang merupakan kelaziman ditampilkan di  kediaman resmi yang sering disebut "Lamban Gedung" Sekala Brak sejak tempo dulu pada saat kedatanngan tamu  agung atau orang yang dihormati lainnya. Tarian itu juga dipentaskan ketika rombongan Komunitas di bawah pimpinan Sultan dalam acara resmi. Jadi kedatangan Sultan di suatu tempat dalam acara resmi selalu saja didampingi oleh tim tari, selain para pengawas yang memiliki ulah kanuragan atau setidaknya keterampilan bersilat.

Nampaknya keterampilan silat pada komunitas ini telah direkayasa ulang, karena berdasarkan kisah yang dituturkan dari generasi ke generasi bahwa memang sejak dahulu komunitas ini mendatangkan guru silat dari tanah Minang, maka sejumlah penggawa dalam pewaris kerajaan Sekala Berak ini telah dikirim untuk mendalami ilmu dan keterampilan silat ke Tanah Minang sampai yang bersangkutan dinyatakan oleh Guru yang diminta telah mengatakan tammat. Namun demikian karena dalam banyak hal memang telah terdapat kesamaan kesamaan antara filosofi MIangkabau dengan Filosofi Sekala Brak, maka dalam mendalami  seni dan ilmu silat ini maka filosofi Sekala Braklah yang didalami dan dikembang.

Banyak yang telah dan akan lebih banyak lagi yang akan dilakukan oleh komunitas p[ewaris Kerajaan Sekala Brak ini dalam rangka memilihara warisan sejarah serta sekaligus sebagai kekayaan Bangsa Indonesia secara keseluruyhan. ini. Di bawah kepemimpinan  SaiBatin Penakan Dalom Beliau Brigjen Polisi Drs. Pangeran Edward Syah Prenong SH, MH. Sultan Sekala Brak Yang Dipertuan Ke 23 akan dikreasikan keberadaan Pimpinan hingga benar benar dirasakan kemanfaatannya oleh para anggota komunitas ini. Belaiu berpesan bahwa mengurus adat kita jangan berharap untuk mendapatkan untung secara keuangan ataupun material, melainkan kita harus menyisihkan sebagian rejeki yang kita dapatkan untuk kepentingan aktivitas bagi komunitas kita ini, katanya.   


No comments:

Post a Comment