Piil Pesenggiri Dibuang Sayang, falsafah yang sangat bernilai ini sepertinya banyak dipandang sebelah mata oleh para budayawan Lampung, saya sempat dikejutkan oleh sikap seortang pakar bahasa Lampung yang menyamakan Piil Pesenggiri dengan Kirotoboso, karena beliau mengatakan bahwa Piil Pesenggiri itu seperti istilah "Kodok" teko teko ndodok. Kalau saja ucapan itu bukan diucapkan oleh pakar bahasa Lampung dalam seminar budaya pula, maka saya tidak akan sekecewa itu. Diluar dugaan saya ketika kami mengajukan Proposal bantuan biaya bagi penyelenggaraan pelatihan sosialisasi Karakter Bangsa, ternyata pihak Dinas Pendidikan Provinsi Lampung meminta kami mengkampanyekan pentingnya Falsafah Lampung Piil Pesenggiri.
Dengan demikian kamipun menggabungkan program unggulan kami yaitu kampanye hidup berniaga bagi generasi yang akan datang, tentu saja dengan piil Pesenggiri. Maka terselenggaralah itu pada tanggal 30 November 2014 yang lalu. Tidak kurang dari 40 orang peserta yang kami undang alhamdulillah seluruhnya hadir dan mengikuti acara hingga selesai. Mdereka adalah siswa SD/MI, SMP/MTs, guru olahraga, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Pengawas, Karyawan Dinas Pendidikan dan Provinsi Lampung dan Kota Bandar Lampung. Walaupun itu hanya bersifat sosialisasi, tetapi ternyata para peserta menyampaikan ketertarikannya dan berjanji akan menindaklanjutinya di sekolah masing masing.
Kami menganggap sangat tepat menggabungkan Falsafah Piil Pesenggiri dengan Kampanye Hidup berniaga, karena konten Piil Pesenggiri bila dipandang dari sisi tertentu justeru sarat bermakna niaga. Lihat saja unsur unsur Piil Pesenggiri yang terdiri dari Nemui-Nyimah yang operasionalnya adalah produktif, nengah nyappur yang dalam operasionalnya kompetitif, sakai sambaian yang dalam operasionalnya membutuhkan kooperatif, serta juluk adek yang dalam operasionalnya membutuhkan inovatif.
Beranjak dari sana maka Piil Pesenggiri dicanangkan sebagai bahan kampanye dari kami yang tergabung dalam kelompok Diskusi Ikatan Pensiunan Pendidik Provinsi Lampung. Namun tentu saja karena sekolah juga membutuhkan berbagai kegiatan terkait dengan kegiatan belajar dan mengajar atasu proses pembelajaran di sekolah maka kegiatan ini dirancang sedemikian rupa dengan melibatkan guru mata pelajaran, dan guru yang terpilih untuk sementara ini adalah guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Guru Pendidikan Olahraga/ Kesehatan.
Dengan semangat Pesenggiri yaitu produktif, kompetitif, kooperatif dan inovatif Guru PAI menyelenggarakan Gerakan Amal Sholeh, mulai dari membina hubungan baik dengan orangtua, Kepala Sekolah, para guru, famili, masyarakat, teman main, teman sekolah, teman sekelas serta, memilihara sholat lima waktu, sholat lain dan sholat dhuha serta mengeluarkan sedekah. Sementara Guru Pendidikan Olahraga dan Kesehatan mengupayakan penerapan Brain Gym guna mengatasi keslitan siswa dalam belajar. Itu semua dilakukan dalam semangat Piil Pesenggiri, yaitu semangat produkttif, kompetitif, kooperatif dan inovatif.
Ini sekedar sosialisasi yang hanya dilaksanakan satu hari, oleh karenanya maka apa yang dikampanyekan ini harus ditindaklanjuti di sekolah sekolah, ada yang diprtogramkan oleh guru PAI dan ada yang diprogramkan oleh guru Olahraga/ Kesehatan. Tentunya itu semua membutuhkan bantuan dan dorongan dari Kepala Sekolah karena kegiatan ini harus terfasilitasi dan juga melibatkan segenap masyarakat sekolah, utamanya guru guru mata pelajaran lainnya, serta para guru kelas di SD/MI. Dengan semangat Piil Pesenggiri kami yakin program ini berjalan lancar.
No comments:
Post a Comment