(1) Nemui nyimah, yang arti harfiahnya
bertemu dengan kesantunan, dimaknai untuk santun orang harus produktif
dalam bidangnya, maka operasional pertemuan dan kesantunan adalah
produktif.(2) Nengah nyappur, yang berarti tampil terampil,
operasionalnya kompetitif. (3) Sakai Sembayan, yang berarti terbuka,
siap menerima siap memberi, operasionalnya kooperatif. Dan (4) Juluk
Adek yang berarti nama juluk dan gelar adat, atau selalu mendapat nama
baru, operasionalnya inovatif.
Demikianlah, semangat berniaga pada
generasi mendatang ditumbuhkan dengan kearifan lokal Piil Pesenggiri
sebagai pandangan hidup siap bersaing dalam kebaikan, didasarkan pada
sikap dan perilaku berjiwa produktif, kompetitif, kooperatif, dan
inovatif.
Kearifan lokal yang diformat khas dalam
semangat kewirausahaan itu tahap awal dikampanyekan di kalangan guru
SD, guna selanjutnya ditanamkan ke murid SD--mengacu ke Rasulullah
Muhammad SAW yang belajar bisnis sejak usianya belia.
Menanamkan semangat berniaga dalam
kecerdesan spiritual begitu jelas amat tepat, karena berniaga dalam
terminologi Fastabiqul Khairat maknanya luas sekali sebagai usaha,
mewujudkan hakikat pendidikan untuk mencapai kebahagiaan dunia-akhirat!
Berniaga dengan kapasitas produktif,
kompetitif, kooperatif, dan inovatif itu pun merupakan spiritualitas
bagi generasi muda untuk bangkit dan unggul di masa depan.
Untuk mencapai hasil maksimal kampanye tersebut, lebih baik lagi jika
IPPPL bisa menyusun ajaran kearifan lokal berniaga tersebut dalam buku
pelajaran yang sistematis, untuk selanjutnya diusulkan sebagai mata
pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah dalam wilayah Provinsi
Lampung.
Sistematis dimaksud, sekali jalan buku
itu memberi pemahaman tentang filsafat hidup orang Lampung Piil
Pesenggiri, sekaligus menanamkan religiositas Fastabiqul Khairat dalam
berniaga mencapai kesejahteraan hidup baik di dunia maupun di akhirat!
***
Saya merasa tersanjung atas ulasan Bambang Eka Wijaya, seorang penulis yang sangat inspiratif, setiap hari tulisannya yang sangat bermutu menghiasi Harian Lampost.
ReplyDeleteKali itu beliau berkenan berkorban, mengorbankan kolomnya untuk menulis tentang saya dan Piil Pesenggiri. Saya merasa (maaf istilah Jawa) 'melu payu' dan saya merasa terdongkrak.
Terima kasih ... Mas. Itu yang dapat saya sampaikan.