Kewajiban Lembaga Adat yang paling utama masa kini sebenarnya adalah membina komunitas pendukung adat, terutama masalah kesejahteraan. dalam mempertahankan eksistensi Lemaba Adat maka pengurus Lemaba Adat harus mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan komunitas yang dipimpin, manakala tidak maka cepat atau lembat lembaga ini pasti akan ditinggalkan. Memang kesejahteraan para nggota bukanlah satu satunya pengikat, karena masih ada pengikat lainnya, umapamanya seni, tetapi masalah kesejahteraan pada saat ini semakin mendesak untuk diperioritaskan.
falsafah Piil Pesenggiri adalah pandangan filosofis yang sejatinya cukup kaya dalam membekali hidup para komunitas adal di Lampung, untuk menjawab keadaan prekonomian yang semakin menghimpit. Dahulu lahan pertanian demikian luasnya, sementara jumlah penduduk relatif sedikit. Dahulu banyak tumbuhan seperti tumbuh sendiri, banyak rampai dan cabai tumbuh di pinggir pinggir kebun, sisa pohon singkong tubuh subur ditetumpukan sampah, sehingga bila persiapan bahan sayuran di dapur menipis, seorang ibu rumah tangga kaular untu ber"tandang". Dengan membawa waah (sumbuk) seorang ibu menelusuri tumpukan tumpukan kayu yang diniatkan untuk dibuang, ada saja yang diketemukannya seperti buah rampai, buah cabai, pucuk dedaunan, aneka jamur dan tidak jarang aneka buah diketemukan ditempat tempat yang tak terurus, sumbukpun penuh tampa harus berjalan jauh. Kini tidak ada lagi tempat yang tak terurus, kebun kebun dipagar, pertanda orang tak boleh masuk tampa ijin. Bila seseorang memerlukan sesuatu maka ia harus bekerja, atau berusaha agar memiliki uang dan bisa membeli berbagai kebutuhan.
Thursday, September 19, 2013
Mental Membina Budaya Lampung
Kalau boleh saya berterus terang, saya sangat kecewa dengan pernyataan Bapak Ratu Perwira sebagai pimpinan lembaga adat dan Bapak Khairullah AY sebagai pengamat budaya Lampung, yang mengatakan bahwa : "Paksi Pak Skala Brak merupakan sebuah lagenda yang terjadi secara turun temurun dan tidak ada bukti autentik yang menyebutkan siapa dan bagaimana silsilah kerajaan itu." (Ratu Perwira) " Sedangkan Chairullah AY mengatakan "Saya hanya mengetahui di Lampung Barat, atau saat ini sudah menjadi Pesisir Barat, tidak mengetahui ada raja atau atau tidak. Dulu saya memang mendengar ada Kerajaan Skala Brak, namun tidak pernah mengetahui keturunan vertikal kerajaan itu. Dari tahun 1980 tidak pernah ada dan sudah saya telusuri,"
Thursday, September 12, 2013
Bahasa Lampung Tampa Piil Pesenggiri
Banyak pihak yang sangat menghawatirkan akan kepunahan bahasa Lampung, tetapi dalam waktu bersamaan tidak segan segan mempertunjukkan antipatinya terhadap falsafah Piil Pesenggiri, prilaku seperti ini tak ubahnya ibarat menggantang anak ayam, yang tak kunjung selesai untuk tidak dikatakan justeru akan menambah masalah baru. Apalah artinya belajar bahasa Lampung tampa memahami filosofi yang hidup menyertai bahasa Lampung itu. Kata para ahli pembelajaran bahasa asing, bahwa seseorang tak akan berhasil memahami suatu bahasa asing tampa memahami budaya dan filosofi bahasa itu. Dahulu ada seseorang yang bernama Inke Maris adalah presenter bahasa Inggris pada saat televisi Indonesia hanya TVRI. Inke Maris mewawancarai seorang profesor sebagai seorang peserta pertemuan internasional lingkungan hidup yang diselenggarakan di Indonesia pada saat itu. Siapa yang meragukan kemampuan bahasa Inggris seorang Inke Maris, tetapi Inke Maris pada saat itu tak mampu menrejemahkan apa yang disampaikan oleh sang profwesor. Lantaran Inke memang kurang paham perkembangan ilmu Lingkungan Hidup.
Itulah pula sebabnya maka pembelajaran bahasa Lampung yang dijadikan mulok di sekolah sekolah sontak berubah mnjadi pembelajaran aksara Lampung yang hampa tanpa makna, seperti tidak memiliki missi apapun, memang kini banyak generasi muda kita yang memiliki pemahaman menulis dan membacara aksara yang dikenal dengan kaganga ini, tetapi justeru bahasa Lampung tetap saja ternacam kepunahan. Apalagi pelajaran bahasa yang berubah menjadi pelajaran aksara itu justeru digunakan untuk menulis bahasa Indonesia dengan aksara Lampung.
Falsafah Piil Pesenggiri bukan milik
Itulah pula sebabnya maka pembelajaran bahasa Lampung yang dijadikan mulok di sekolah sekolah sontak berubah mnjadi pembelajaran aksara Lampung yang hampa tanpa makna, seperti tidak memiliki missi apapun, memang kini banyak generasi muda kita yang memiliki pemahaman menulis dan membacara aksara yang dikenal dengan kaganga ini, tetapi justeru bahasa Lampung tetap saja ternacam kepunahan. Apalagi pelajaran bahasa yang berubah menjadi pelajaran aksara itu justeru digunakan untuk menulis bahasa Indonesia dengan aksara Lampung.
Falsafah Piil Pesenggiri bukan milik
Subscribe to:
Posts (Atom)