Sunday, May 9, 2010
KOPERATIF DALAM PIIL PESENGGIRI (SAKAI SAMBAIAN)
Upaya Cirebo dan Banten untuk mendorong Lampung mendirikan Kesultana Islam atas restu Demak, memang membutuhkan karakter masyarakat koperatif atas sesama. Sikap koperatif ini merupakan modal dasar untuk terbentuknya tatanan masyarakat yang lebih kondusif. Sebagai daerah yang akan dijadikan Kesultanan yang akan mengatur pemerintahan tersendiri sangat membutuhkan suasana yang kondusif itu.
Apalagi niat pembentukan Kesultanan Islam di Lampung adalah untuk mengantisipasi masuknya bangsa penjajah, Portugal, Inggris atau Belanda yang nampaknya berpacu ingin menguasai Lampung. Cirebon tentu saja tidak berperan sebagai penjajah tetapi bahkan sebaliknya, ingin menyelamatkan Lampung dari cengkraman penjajahan. Dan penajajahan buka karakter Cirebon dan Banten sebagai Kesultanan dakwah Islamiyah. Peran Cirebon dan Banten sebagai pembawa missi dakwah akan nampak pada upaya Islamisasi di Lampung.
Memang diberbagai daerah di Lampung, para tokoh telah menganut agama Islam, tetapi karena bukan merupakan raja raja yang memiliki kekuasaan yang tak terbatas, maka kepenganutan para tokoh ini tidak serta merta bersifat otomatis untuk menganut agama yang sama, melainkan membutuhkan proses. Namun terbentuknya piil pesenggiri ini akan menampakkan keberhasilan tas upaya proses Islamisasi itu. Dan salah satu unsure piil pesenggiri adalah sakai sambaian.
Sakai sambaian terdiri dari dua kata, yaitu sakai yang berasal dari akai atau kakkai yang artinya buka, lalu menajdi se-akai yang artinya saling membuka. Sikap keterbukaan adalah sikap koperatif yang ditanamkan melalui piil pesenggiri. Sikap koperatif ini menjadi sangat penting mengingat penduduk lampung pada saat itu masih sangat terbatas, sehingga Kesultanan Islam Lampung akan menjadi ajang akulturasi.
Persentuhan budaya Lampung dengan budaya lain, khusnya budaya Jawa, untuk mengantisipasi masuknya bangsa penjajah adalah sangat dibutuhkan, karena baik penduduk Lampung maupun pendatang harus menjadi satu kesatuan yang utuh. Keutuhan itu hanya akan dapat terbentuk melalui sikap keterbukaan belaka. Dan cengkraman bangsa penjajah hanya dapat diantisipasi dengan rasa kesatuan dan persatuan.
Keterbukaan atau sakai, juga bermakna bersedia untuk mengevaluasi diri serta mengakui kekurangan dan kesediaan menerima masukan yang lebih baik. Dalam sikap seperti ini maka kebenaran adalah diatas segala galanya. Itulah sebabnya selain sakai juga diharuskan bersikap sambaian. Berasal dari kata sambai atau sumbai, setidaknya terdapat tiga arti kata sambai atau sumbai yaitu baca, waspadai dan asuh.
Sambai dapat diartikan sebagai membaca, memperhatikan, mempelajari atau membandingkan. Kegiatan membaca ini menyertai keterbukaan, artinya setiap seseorang dituntut untuk terbuka dengan segala resiko bahwa kondisi internal dapat dibaca oleh orang lain, tetapi dalam waktu yang bersamaan kita juga harus mampu membaca lingkungan dan keadaan internal orang lain. Setiapo seseorang dituntut kemampuannya untuk mengidentifikasi lingkungan, lalu melakukan perbandingan serta mempertimbangkan berbagaiaspek untuk selanjutnya memantapkan sikap/
Makna sambai yang lain adalah waspada. Karena resiko dari keterbukaan sikap ini adalah diketahuinya berbagai sikap internal oleh pihak lain, maka dalam waktu yang bersamaan juga diharuskan mempunyai sikap sambai dalam artian waspada. Dengan sambai diharapkan keterbukaan ini bukan justru menjadikan kita sebagai bulan bulanan untuk dimanfaatkan oleh pihak lain. Utuk itu maka kewaspadaan terhadap hal hal yang tak diinginkan adalah merupakan tuntutan utama sikap sambai dalam sakai sambaian. Namun kewaspadaan (sambai) adalah merupakan sesuatu yang tak terlepaskan dari sikap keterbukan (sakai), sikap sambai adalah merupakan upaya untuk memilihara kebersamaan (koperatif).
Makna sambai yang ketiga adalah pelihara, asuh, besarkan. Keterbukaan dalam sakai sambaian dimaksudkan sebagai upaya memelihara (sambai/ sumbai) hubungan dengan pihak lain. Agar pitidak memiliki keraguan. Sikap sumbai atau sambai sangat diperlukan terutama juga bagi para perwatin, pimpinan adat, yang yang harus memiliki sikap asuh kepada segenap komunitas warganya. Sakai bagi seorang perwatin adalah bermakna keteladanan, sementara sambai adalah upaya mendidik sikap para anggota komunitas yang dipimpinnya, agar komunitas itu menjadi utuh. Disamping itu juga sambaoi bermakna membesarkan atau mengembangkan. Dengan bermodalkan keterbukaan maka dengan sumbai adalah wijud upaya untuk membesarkan komunitas kelompok agar dapat berkembang.
Sakai sambaian adalah sikap yang kooperatif yang dikehendaki oleh falsafah piil pesenggiri. Setiap seseorang diharapkan memiliki sikap menerima (sakai), tetapi dalam waktu yang bersamaan dia harus juga memberi (sambaian), dengan sakai seseorang siap dikoerksi, tetapi dalam waktu yang bersamaan dia juga harus mampu memberikan masukan atau koreksi (sambai) kepada pihak lain.
Nampaknya inilah sikap yang disepakati oleh para pimpinan adat sebagai modal untuk mendirikan Kesultanan Islam di Lampung. Dan dengan sikap sikap seperti ini manakala merata dimiliki oleh setiap seseorang sebagai anggota masyarakat pada Kesultanan tersebut, maka diyakini Kesultanan itu akan menjadi kukuh.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
ReplyDeleteMenurut puji wacana Bapak tentang sakai sambaian mudah dimengerti apa yang menjadi makna dari sakai sambaian tersebut.makna dari
sakai yang artinya sikap keterbukaan bisa dimaknai juga sebagai tolong
menolong.Sedangkan sambaian yang artinya membaca bisa dimaknai juga
sebagai bergotong-royong.Jadi arti dari sakai sambaian mencakup
pengertian yang luas termasuk didalamnya gotong-royong,tolong menolong,
bahu membahu dan saling memberi sesuatu yang diperlukan oleh pihak
lain. Hal ini tidak terbatas pada sesuatu yang bersifat material saja
tetapi juga di dalam arti moril,termasuk sumbangan pikiran dan
sebagainya. Jadi inti dari konsep ini terletak pada kegiatan-kegiatan
individual untuk memenuhi kepentingan umum, kegiatan yang tidak
didasarkan pada pamprih pribadi.