(NENGAH NYAPPUR)
Salah satu keunggulan falsafah piil pesenggiri adalah konsep piil pesenggiri tentang kesetaraan social. Apalagi konsep ini disusun nampaknya adalah sebagai persiapan pembentukan Kesultanan Islam di Lampung, bersama Kesultanan Banten, Cirebon dan Demak. Luasnya wilayah Lampung serta sedikitnya jumlah penduduk yang ada pada saat itu, maka pembauran dengan warga asal jawa adalah suatu keniscayaan. Tetapi dengan telah dianutnya agama Islam oleh penduduk Lampung, maka berarti adalah merupakan peluang untuk bertemunya latar belakang budaya yang berbeda, yaitu antara budaya Jawa dan Sumatera dan Lampung sebagai medianya, serta Islam sebagai titik sentuhnya.
Pertemuan dua budaya di Lampung ini sebenarnya adalah ide cemerlang, karena masing masing pihak memiliki latar belakang karakter budaya yang berbeda. Budaya Jawa yang lebih berhasil melaksanakan ketertiban dan pemerintahan, sementara budaya Lampung Sumatera berlatar belakang budaya egaliter. Apalagi Lampung tidak dikuasai oleh seorang Raja yang memiliki kekuasaan tak terbatas. Itulah sebabnya mereka menghasilkan kesepakatan yang bernama piil pesenggiri sebagai falsafh yang dianut dan nengah nyappur adalah sebagai salah satu unsurnya.
Tentu akan sangat mengejutkan, akan kemunculan nengah nyappur atau konsep kesetaraan sosial dalam falsafah piil pesenggiri, karena pada saat itu sebenarnya belum ada wacana tentang demokrasi, kekuasaan di daerah Jawa berada sepenuhnya ditangan raja. Namun filosofi ‘nengah nyappur’ yang dimaknai dengan kompetitif tersusun dengan indah. Sungguh konsep ini sebagai keajaiban, karena lahir sebelum eranya. Itulah salah satu keistimewaan piil pesenggiri, yang tidak dimiliki oleh falsafah di berbagai daerah lainnya.
Ditinjau dari segi bahasa atau kata maka nengah nyappur terdiri dari dua kata, yaitu nengah yang paling tidak memiliki tiga arti, yaitu kerja keras, berketerampilan dan bertanding. Sedang nyappur artinya tenggang rasa.
Kerja keras, berketerampilan dan bertanding merupakan terjemahan dari kata nengah, maka jelas bahwa ketiganya bernuansa persaingan. Kerja keras umpamanya, jelas ini sebuah persaingan ntuk mendapatkan yang sebanyak banyaknya, seorang petani tentu mengharap hasil panen yang melimpah, seorang nelaian bekerja keras untuk mendapatkan hasil tangkapan yang sebanyak banyaknya. Sedang keterampilan selalu saja dibutuhkan dalam rangka memberikan yang sebaik baiknya. Seorang pengrajin membutuhkan keterampialan agar dapat memberikan karya karya seni yang terbaik.
Kadangkala keterampilan lebih dibutuhkan dibanding dengan kemampuan akademis, ketika seseorang harus menyelesaikan pekerjaan yang memang kuarang membutuhkan kemampuan akademis seseorang. Dan tidak semua masalah harus diselesaikan secara akademis,tetapi lebih membutuhkan keterampilan, Karena keterampilan itu justeru untuk menghasilkan sesuatu yang terbaik maka berarti keterampilan juga memiliki nuansa persaingan.
Piil pesenggiri akan menuntut daya saing seorang, manakala nengah diartikan sebagai bertanding, karena semua pertandingan dituntut kemenangan, tidak ada seorangpun petanding yang tampil digelanggang dngan niat untuk menjadi pecundang. Kalaupun ada istilah kalah sebelum bertanding, itu adalah menunjukkan ketiadaan daya saing seseorang, dan itu bukanlah karakter piil pesenggiri.Karena karakter piil pesenggiri adalah berdayasaing yang tinggi.
Tetapi selain memiliki dayasaing yang tinggi juga setiap seseorang dituntut untuk memiliki toleransi yang tinggi (nyappur). Seorang petani dituntut keberhasilannya memanen hasil tanaman sebanyak banyaknya, bukan berarti hasil panenan yang melimpah ruwah itu lalu ditumpuk dan bahkan terbuang percuma karena tak termakan lagi, karena hasil panenan jau melebihi kebutuhannya.
Panenan yang melebihi kebutuhan baik bagi dirinya maupun orang orang yang berada di bawah tanggung jawabnya hendaklah memiliki peran social, artinya memiliki konstribusu untuk masyarakat. Sehingga kelebihan produksi itu merupakan wujud kepedulian social seseorang. Seorang petani menam jauh diatas kebutuhannya adalah karena kepedulian terhadap kebutuhan banyak orang.
Jelas penghasilan yang melebihi kapasitas kebutuhan bukanlah merupakan kerugian melainkan keuntungan adanya. Karena tidak semua orang dapat menghasilkan panenan seperti yang kita lakukan sehingga mereka harus membayar hasil panenan kita untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari hari. Walaupun orang lain harus membayar, tetapi mereka akan berterima kasih atas kelebnihan hasil panenan kita. Tidak ada salahnya bila seluruh masyarakat dalam waktu yang bersamaan bekerja keras untuk mencapai posisi puncak dalam profesi masing masing. Itulah yang dikehendaki oleh nengah nyappur, sehingga dapat kita artikan sebagai kompetitif.
No comments:
Post a Comment