Bahasa dan dialek Sekayu nampaknya adalah sesuatu yang harus diperdengarkan kepada tamu dari manapun, belum lengkap rasanya bila hanya menyuguhkan pengamanan dan minuman kepada para tamu sebelum menyuguhkan juga bahasa Sekayu kepada para tamu.
Tunggu sebenatr, duduklah Bapak di sika ..... kata seorang karyawan Bank yang cantik itu dalam bahasa Sekayu. Selanjutnya dalam berkomunikasi dengan saya selanjutnya Ia tetap menggunakan bahasa Sekayu, sepertinya Ia sangat yakin bahwa saya memahami dengan apa yang dia maksudkan sekalipun dengan menggunakan bahasa Sekayu.
Memang sebagai bahasa melayu, bahasa daerah Sekayu mudah dipahami oleh warga Indonesia berasal dari manapun. Dan karena demikian fanatiknya masyarakat Sekayu dengan bahasa daerah mereka, maka orang pendatangpun sepertinya untuk menggunakan bahasa Sekayu itu adalah suatu keharusan. Ada seorang Pengawas Dikmen di Dinas Pendidikan Kabupaten Sekayu, beliau adalah Pak Joko, asal Jawa Timur, yang ketika saya ajak bicara dengan bahasa Jawa, justeru dijawab dengan bahasa Sekayu. padahal saya menggunakan bahasa Jawa dengan dialek Jawa Tmur sebisa mungkin, tetapi nampaknya Pak Joko tidak tertarik untuk berinduria dengan daerah Asalnya. Memang sehari hari Pak Joko di rumahnya berbahasa Sekayu, jika tidak salah simak isteri Pak Joko memang Orang Sekayu.
Orang Sekayu tidak segan segan untuk berbahasa Sekayu kepada tamu yang berasal dari manapun. Bisa berbahasa Indonesia, maka pasti bisa bahasa Sekayu kata Pak Muhammad Husen sebagai Korwas di Sekayu. Bahasa Sekayu memang lebih kental Melayunya dibanding Kabupaten yang lain di Sumsel, memang ada beberapa kata yang diucapkan mirip bahasa Betawil seperti kate, siape, berape, mane, " E " dalam bahasa Sekayu itu diucapokan seperti logat betawi, walaupun ada juga yang meleset jauh, yaitu " suwe " dalam bahasa Sekayu yang artinya Habis.
Pernah tamu saya dari Jakarta dia mengeluhkan bahwa Bandar Lampung kok seperti Jakarta ya ? Katanya terheran heran ..., , lalu saya menanyakan apa maksudnya. Ternyata yang dimaksudkan bahwa telah tiga hari dia berada di Bandar Lampung, tetapi belum sekalipun dia mendengar orang orang yang menggunakan bahasa Lampung. Suasana itu berbeda dengan di Sekayu, cukup menggunakan dua atau tiga kalimat kita menggunakan bahasa Nasional, setelah mereka yakin kita terampil berbahasa Nasional maka masyarakat Sekayu tak segan segan berbahasa Sekayu kepada kita sebagai pendatang di daerah itu.